24 September 2015
08xxxxxxxxxx membuat grup “Semangat TMR 1”
08xxxxxxxxxx menambahkan Anda
08xxxxxxxxxx menambahkan 08xxxxxxxxxxx
"Dan rasanya memang benar, ini akan menjadi gerbang awal untukku kembali mencintai sebuah ukhuwah lagi."
"Dan rasanya memang benar, ini akan menjadi gerbang awal untukku kembali mencintai sebuah ukhuwah lagi."
Aku terpaku melihat layar ponselku,
memandangi notification pada salah
satu media komunikasi yang aku miliki.
Oh, tidak. Pikirku yang melihat ada sebuah grup baru pada media
komunikasi yang jarang kubuka. Aku tahu betul untuk apa grup itu dibuat. “Semangat
TMR 1”, ya, itu sudah cukup jelas.
TMR adalah singkatan dari Training Muslim Revolution, salah satu alur
kaderisasi di salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa yang aku ikuti di kampus. Yang
aku ikuti, tapi masih sebagai anggota yang gabut. TMR ini semacam LDKS saat
ingin mengikuti OSIS dulu saat SMA. Oke, aku memang mendaftar untuk menjadi
panitia TMR itu. Tapi itu karena salah satu kakak tingkatku yang satu jurusan
denganku, juga anggota UKM tersebut, mengatakan anggota yang telah mengikuti
TMR 2 beberapa pekan yang lalu wajib mendaftar untuk menjadi panitia. Dan lagi,
apa ini?
Bismillah
Sc : Tripel A
Ketuplak : Jamal
Acara : Taufik (koord), Fauzan, Dea
Konsumsi : Gita (koord), Natia
Humas : Gisel (koord), Arifah
PDD : Esa (koord), Muaz, Fauzan
Aqil
Logistik : Hadi (koord), Ghufron,
Kurniawan
Sekbend : Anggi
Danus : Windi
Melihat susunan kepanitiaan awal
itu saja sudah membuatku bad mood.
Pada saat mendaftar, aku bersekongkol dengan salah satu teman sekelasku yang
juga magang di departemen yang sama di UKM tersebut. Bersekongkol untuk
mendaftar panitia di divisi yang sama, sama persis, pilihan satu dan pilihan
duanya. Dan sekarang?
“Karena belum ada yang daftar danus,
jadi Windi ditarik ke danus? Dan aku ditempatkan di acara dengan dua orang yang
belum aku kenal sebelumnya?” aku menggerutu sambil cemberut. Sejujurnya,
menjadi bagian dari divisi acara suatu kepanitiaan bukanlah passion-ku. Oke, mungkin aku memang suka
menjadi bagian panitia yang benar-benar tahu seluk beluk suatu kegiatan, dan
bagian dari panitia yang seperti itu memang divisi acara. Tetapi, aku akan
mengatakan tidak jika orang-orang yang ada di divisi acara tersebut bukanlah
orang yang dekat denganku, atau bahkan orang yang belum kukenal.
Pada TMR 1 gelombang 3 yang lalu,
aku memang menjadi bagian dari divisi acara, bersama dengan Windi. Dan di sana
aku memang merasakan ketidaksinkronan antara hatiku dengan para panitia
pengurus. Bukannya tidak nyaman, hanya saja masih tidak menemukan sesuatu yang
kuharapkan akan ada dalam kepanitiaan itu.
Sehari setelah penentuan
kepanitiaan awal TMR 1 2015 itu, salah seorang teman sekelasku mengirim bbm
kepadaku.
“Dea tmr 1 kamu ada temennya ga acara?”
“Maksudnya? ._. Panitia tmr 1?”
“Iyapss butuh temen ga? Apa harus kpsdm?”
Seketika aku terdiam. Firasatku
mengatakan akan terjadi sesuatu yang tak terduga jika aku melanjutkan di divisi
acara TMR 1 2015.
Tapi, aku ingin mundur saja, sebelum terlambat.
Jangan…. Jangan. Ayo, lanjutkan niatmu di divisi acara TMR. Bukankah kamu
yang memilih divisi acara menjadi pilihan nomor 1? Bukankah kamu ingin tahu
seluk beluk kegiatan UKDM? Bukankah kamu bilang ingin berubah mulai semester 3
ini? Kamu bilang ingin mulai aktif di UKDM, bukan? Maka inilah saatnya,
kepanitiaan ini adalah gerbang awalmu!
Beberapa menit aku bermonolog
terasa sangat lama. Kegalauan seperti ini bukan pertama yang kurasakan. Sudah
sering sekali aku merasakan ini. Dan sudah berkali-kali juga aku mengambil
keputusan di situasi konflik batinku sendiri seperti ini. Baiklah, maka inilah
jawabannya.
“Cibi mau ikuuut? Hayuuu butuuuh wkwkwkwk”
Aku membalas chat teman sekelasku
itu. Aku penasaran, apa yang akan terjadi di kepanitiaan TMR kali ini?
Dan rasanya memang benar, ini akan
menjadi gerbang awal untukku kembali mencintai sebuah ukhuwah lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar