Minggu, 09 April 2023

Buku: Menjadi Guru yang Sukses dan Berpengaruh

 Assalamu'alaikum teman-teman :)

Gimana kabarnya? Semoga senantiasa dalam keadaan sehat baik jasmani, rohani, dan psikisnya, serta hari-harinya dipenuhi rasa syukur dan bahagia :D

Pada post kali ini, saya ingin berbagi tulisan tentang profesi yang sedang saya jalani: guru. Beberapa waktu terakhir, saya merasa berada di kondisi yang cukup berat dalam memikul amanah sebagai guru di sekolah. Amanah 'guru' yang saya sebutkan di sini bukan hanya tentang tugas mengajar atau transfer ilmu, melainkan banyak hal yang lebih luas sesuai dengan tupoksi guru yang ada di lembaga pendidikan yang saya tempati. Tak jarang saya merasa tidak maksimal dalam menjalankan salah satu tugas saya: tidak optimal dalam menyiapkan bahan ajar, tidak efektif dalam memanfaatkan waktu untuk penyampaian materi di kelas, sering terlewat memonitor anak-anak kelas, dan lain-lain. Terkadang, ada satu-dua waktu ketika saya masuk ke dalam kelas tanpa persiapan apapun. Yang penting ke kelas, anak-anak disuruh baca materi aja; masuk kelas terus kasih latihan soal deh biar saya bisa ngerjain yang lain. Ketika sedang berada di titik seperti itu, saya akan menurunkan standar 'guru' di mata saya hanya terbatas pada transfer ilmu saja. Namun, sekarang saya disadarkan kembali bahwa guru yang hanya memikirkan tentang transfer ilmu adalah sosok guru yang tidak diinginkan oleh pendidikan yang baik. Saya menemukan beberapa hal yang dapat membangkitkan kembali semangat saya, setelah (mulai kembali) membaca buku "Menjadi Guru yang Sukses dan Berpengaruh" karya Dr. Muhammad Abdullah Ad-Duweisy.

Hal dasar yang paling penting untuk kita ingat dalam menjalani sesuatu adalah niat dan tujuan awalnya. Ketika kita melakukan suatu pekerjaan secara rutin apalagi monoton, pasti ada saja kondisi-kondisi yang membuat kita lelah, down, dan ingin berhenti. Tetapi sebelum memutuskan untuk berhenti, ada baiknya kita mengingat kembali niat dan tujuan awal kita. Mengapa kita melakukan hal ini? Kenapa saya harus melanjutkan perjalanan ini? Kenapa saya perlu bertahan di sini? Niat yang ikhlas tentu menjadi sebuah keidealan. Namun, yang namanya manusia, dalam melakukan sesuatu pasti ingin ada ganjarannya. Seperti, saya harus bertahan di pekerjaan ini karena saya butuh uang, saya harus terus melakukan ini agar nantinya saya bisa hidup enak, dan lain-lain. Itu merupakan hal yang wajar. Tetapi buku yang saya baca ini, mengingatkan kembali tentang sesuatu yang nilainya kekal, saat kita bersungguh-sungguh melakukan suatu pekerjaan, khususnya pekerjaan sebagai guru. Terdapat banyak poin yang disampaikan dalam buku ini untuk menyemangati rekan-rekan guru. Salah satunya, yang menurut saya sudah cukup mencakup banyak hal adalah: menjadi guru termasuk amal kebaikan yang pahalanya tidak terputus-putus sesudah mati.

Teman-teman pasti sudah pernah dengar kan hadits tentang amal jariyah?
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shalih"
(HR. Muslim)
Kondisi-kondisi yang disebutkan dalam hadits tersebut, peluangnya terbuka lebar ketika kita mengambil peran sebagai guru. Poin sedekah jariyah dan ilmu yang bermanfaat saling berkaitan di sini. Sudah jelas sekali bagaimana guru dapat berperan dalam hal menyebarkan ilmu yang bermanfaat. Ketika ilmu ini disampaikan kepada murid-muridnya, kemudian di antara murid-murid tersebut menerapkan ilmu tersebut untuk kebaikan, maka guru yang menjadi jembatan ilmu akan ikut mendapatkan pahala juga. Kemudian sedekah jariyah pada hadits ini (seperti yang tertulis pada rumaysho.com) tidak hanya terbatas pada sedekah berupa uang, tetapi bisa juga membantu pembangunan masjid, menggali sumur untuk dimanfaatkan orang banyak, mencetak buku yang bermanfaat, dan lain-lain. Apabila terdapat satu-dua ilmu dari seorang guru yang kemudian diterapkan oleh murid-muridnya untuk melahirkan suatu inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat, tentu itu juga termasuk sedekah jariyah. Selanjutnya poin doa anak yang shalih. Jika seorang murid dapat merasakan manfaat dari ilmu yang disampaikan gurunya, dan ia merasa gurunya telah berjasa terhadap perkembangan dirinya, kemudian ia melantunkan doa kebaikan untuk gurunya tersebut, maka itu termasuk amalan yang tidak terputus.

Bagaimana? Sungguh luar biasa kan? Hehe. Untuk bisa menggapai peluang kebaikan tersebut, tentu amanah sebagai seorang guru harus dijalankan dengan sungguh-sungguh terlebih dahulu. Buku "Menjadi Guru yang Sukses dan Berpengaruh" ini menjabarkan beberapa hal yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam mengajarkan Islam. Sajian ini dilengkapi dengan contoh-contoh penerapannya pada saat Nabi Muhammad SAW mengajarkan pada sahabat-sahabatnya tentang Islam. Dan saat saya baca, ternyata hal-hal ini masih sangat dibutuhkan dan berhubungan dalam pengajaran di masa sekarang.

Memicu dorongan belajar. Belajar adalah suatu kegiatan yang memerlukan komunikasi dua arah. Tidak bisa hanya guru yang semangat untuk menyampaikan ilmu tetapi muridnya tidak mau mendengarkan, atau sebaliknya, sang murid memiliki rasa keingintahuan yang tinggi tetapi sang guru tidak memedulikannya. Oleh karena itu, guru harus memahami betul keutamaan dan manfaat ilmu yang disampaikannya, serta membuat muridnya juga memahami bahwa ilmu itu penting. Sebagai seorang guru, kita juga perlu membuat murid merasa membutuhkan ilmu agar ia semangat dalam mengembangkan diri melalui ilmu-ilmu yang bisa ia dapatkan.

Mengajar dan mendidik. Proses mengajar berkaitan erat dengan transfer ilmu atau materi pelajaran, sementara mendidik berkaitan dengan tindakan dan tingkah laku yang ada di dalam diri seseorang. Peran guru tidak sebatas transfer ilmu saja, melainkan juga membiasakan para murid untuk memiliki tingkah laku dan akhlak yang baik. Saya seringkali menyampaikan di kelas, ilmu kimia yang saya ajarkan mungkin tidak dibutuhkan oleh setiap anak di kelas karena profesi dan impian mereka berbeda-beda dan mungkin tidak berhubungan dengan pelajaran saya. Tetapi kedisiplinan, rasa tanggung jawab, menghargai orang lain, dan semangat bekerja keras, akan selalu dibutuhkan siapapun untuk bisa menjalani kehidupan bermasyarakat nantinya. Mendorong murid untuk mengumpulkan tugas tepat waktu, menyimak dengan baik materi yang disampaikan, dan aktif bertanya merupakan bentuk pembiasaan dalam melahirkan tingkah laku yang baik.

Menggunakan metode/manhaj ilmiah. Ternyata dalam pengajarannya sejak lama, Nabi Muhammad SAW sudah membiasakan manhaj ilmiah ketika menyampaikan ilmu dengan sahabat-sahabat. Pembahasan ini dibagi menjadi beberapa poin, dan saya akan mencoba menyampaikan ulang dengan menambahkan opini saya tentang poin-poin tersebut. Penerapan metode/manhaj ilmiah ini di antaranya:

1) Memastikan bahwa murid memahami alasan atau pijakan hukum dari suatu ilmu. Guru bisa saja memberikan 'cara cepat' untuk menyelesaikan soal, atau memberikan tips menghafal agar bisa lancar dalam mengerjakan ujian. Tetapi pembelajaran yang baik seharusnya memberikan murid pemahaman atas suatu konsep, bukan sekedar menghafal. Saya sendiri tidak mengganggap tips menghafal itu tidak boleh digunakan. Hanya saja, sebelum menerapkan hal itu (misalnya dalam ujian yang terbatas dengan waktu), alangkah baiknya murid paham konsep dasar mengapa jawabannya bisa seperti itu.

2) Etika bertanya. Bagi saya, bertanya merupakan salah satu indikator bahwa seorang murid telah berpikir. Sejauh apa ia telah berpikir, itu tergantung pada bobot pertanyaannya. Apapun pertanyaan yang dilontarkan murid, selama hal tersebut tidak melenceng dari bahasan materi, saya selalu mencoba untuk mengapresiasinya. Dalam proses bertanya, yang perlu diperhatikan selain pertanyaan itu sendiri adalah etikanya. Guru perlu membiasakan murid untuk bertanya dengan cara yang baik. Apakah pertanyaan itu harus langsung disampaikan ketika guru masih menjelaskan, ataukah masih bisa dikondisikan hingga guru ada jeda dalam menyampaikan materi? Apakah baik untuk menyampaikan pertanyaan kita ketika guru sedang menyimak pertanyaan dari murid lain, atau lebih baik dengan sabar menahan diri sejenak sampai pertanyaan dari orang lain selesai disampaikan ataupun selesai dibahas? Bagaimana bahasa yang baik dalam menyampaikan pertanyaan kepada guru atau dalam forum? Hal-hal tersebut terlihat sepele tetapi menjadi bagian dari etika bertanya.

3) Memberi sarana agar murid mampu mencapai hasil dengan sendirinya. Dalam teori/konsep pendidikan, sudah sangat sering disebutkan bahwa guru adalah fasilitator yang membantu murid untuk belajar sesuatu. Tujuan belajar tidak sekedar murid dapat menjawab soal dengan benar, atau murid dapat mendapatkan nilai 100 pada setiap mata pelajaran. Jika tujuannya hanya itu, guru bisa saja dengan mudahnya memberikan kunci jawaban atau mendikte jawaban kepada murid agar soal yang dikerjakan bernilai benar semua. Hal yang lebih penting dari itu adalah bagaimana kita mengajarkan murid untuk terbiasa berpikir menyelesaikan suatu persoalan, baik dalam bentuk soal-soal ujian ataupun penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tugas guru adalah mencari, menganalisis, dan menyiapkan sarana yang tepat agar murid terbiasa untuk berpikir dan bisa mencapai hasil yang baik berdasarkan hasil berpikir atau analisis murid itu sendiri.

4) Membiasakan mengambil kesimpulan, berdialog, dan evaluasi. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, proses pembelajaran membutuhkan interaksi di antara kedua belah pihak. Alangkah baiknya dalam proses pembelajaran, guru tidak langsung dengan mentahnya menyampaikan suatu konsep dan diterima begitu saja oleh murid. Pembelajaran yang penuh dinamika dan dialog akan menghasilkan konsep yang lebih kuat untuk diingat murid. Bayangkan, setelah melakukan dialog atau diskusi panjang tentang suatu konsep, baik dari pihak guru maupun murid, proses tersebut diakhiri dengan pengambilan kesimpulan. Di sini murid akan dilatih berpikir kembali, apa saja ya yang tadi didiskusikan? Tadi respon guru untuk pertanyaan ini bagaimana ya? Oh, berarti ini blablabla. Murid akan menemukan konsep sendiri dan lebih mengena di otaknya. Evaluasi dan refleksi juga akan melengkapi proses pembelajaran ini. Sejauh mana murid memahami apa yang didiskusikan, apakah metode diskusi ini efektif atau tidak, hal-hal apa yang perlu diperbaiki guru dalam memfasiliatasi ini, hal-hal tersebut akan menjadi pertimbangan yang baik untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik lagi ke depannya.

Oke teman-teman, segitu saja yang bisa saya sampaikan pada post kali ini. Apa yang saya sampaikan ini baru mencakup 2 bab dari buku "Menjadi Guru yang Sukses dan Berpengaruh" yang saya baca. Nanti kalau saya sudah selesai membaca satu buku dan ada hal menarik lainnya, akan saya coba bagikan di sini juga. Terima kasih sudah membaca, teman-teman. Semoga bermanfaat dan jangan lupa bersyukur :) Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar