Pertama-tama
tentu kita akan bertanya, adakah waktu yang tersisa untuk menghafal dan
mengulang , padahal betapa sibuk pekerjaan yang digeluti dan tanggung jawab
yang diemban sebagai dokter. Hal ini sempat pula terpikir dalam benak dr.
Abdullah Mulhim. Ia adalah seorang dokter yang sebenarnya sejak kecil ingin menjadi
seorang panghafal Al-Qur’an. Namun, karena kuliahnya di fakultas kedokteran,
lalu berprofesi sebagai dokter, ia anggap hal itu sebagai “penghalang”.
Ternyata, ketika ia berhasil menghilangkan “penghalang” yang sebenarnya
dibuatnya sendiri, yang sesungguhnya hanyalah ilusi. Keinginan untuk menjadi
seorang hafizh Al-Qur’an pun menjadi kenyataan.
Tentang
perjalanan yang dilaluinya dalam menghafal Al-Qur’an, ia mengisahkan...
Aku
mempunyai pengalaman pribadi dalam mewujudkan mimpi ini. Aku sempat berhenti
sekian tahun dalam proses menghafalkan Al-Qur’an karena merasa tidak mampu
menghafalkannya. Di hadapanku, terdapat tirai penghalang yang sebenarnya
bersifat kejiwaan dan aku buat sendiri. Itulah yang menghalangiku dan
menjadikanku berhenti menghafal sekian lama, Akan tetapi, dengan karunia Allah,
aku mengerti bagaimana cara menembus tirai penghalang ini, kemudian mewujudkan
mimpi itu. Aku pun benar-benar bisa mewujudkannya.
Sebenarnya,
aku sudah mulai menghafalkan Al-Qur’an sejak kanak-kanak, dengan bantuan ayahku
di sebuah halaqah tahfizh. Aku berhasil menghafal Surat Al-Ikhlas hingga Surat
Ad-Dhuha. Sesudah itu, kemampuanku menghafal tiba-tiba menurun. Pasa masa
remaja, semangat itu muncul kembali hingga aku berhasil menghafal 5 juz
terakhir. Bahkan, aku sempat ikut musabaqah (lomba) dan meraih nilai istimewa.
Namun, setelah itu terpikir olehku bahwa aku tidak akan mampu meneruskan
hafalan. Aku merasa tidak lagi memiliki kemampuan untuk menambah hafalanku.
Begitulah tahun demi tahun hal itu berlalu sampai aku lulus dari fakultas
kedokteran tanpa bisa menambah, kecuali hanya 1 juz.
Kemudian,
Allah menakdirkanku berangkat ke Ameriika. Di sana aku ditakdirkan menunaikan
shalat dengan bermakmum di belakang seorang dokter spesialis bedah, dr. Raghib
As-Sirjani, yang ternyata adalah seorang hafizh Al-Qur’an. Aku betul-betul
menikmati shalat berjamaah di belakang beliau, yang belum pernah aku rasakan
sebelumnya. Aku sangat kagum terhadap beliau, seorang dokter spesialis, tetapi
hafal Al-Qur’an.
Aku
pun memberanikan diri untuk bertanya kepada beliau, “Bagaimana tuan meluangkan
waktu untuk menghafal, sedangkan tuan adalah seorang dokter bedah dengan
kesibukan yang sudah mengisi penuh waktu yang tuan miliki? Aku sebenarnya
memiliki waktu yang jauh lebih banyak dari tuan. Aku pun sebenarnya ‘bermimpi’
untuk bisa menjadi hafizh Al-Qur’an. Namun, sampai sekarang aku belum bisa
mewujudkannya?”
Dengan
ringannya, beliau memberikan jawaban, “Apa dan siapa yang menghalangi dirimu
untuk menghafal? Cobalah hilangkan penghalang yang sebenarnya hanya ilusi dan
kejiwaan itu, yang Anda buat sendiri. Percayalah padaku bahwa Anda pasti bisa
menghafal Al-Qur’an”
Kalimat
yang beliau ucapkan tampaknya sangat sederhana, tetapi sebenarnya sangat
mengena da langsung menohok diriku. Ternyata benar, hanya setahun setelah
peristiwa ini, dengan karunia Allah akhirnya aku berhasil menghafal Al-Qur’an.
Pengalaman
pribadinya ini pun ia tulis dalam sebuah buku tentang motivasi untuk menghafal
Al-Qur’an. Judulnya sangat menarik, yaitu Haqqiq Hilmaka fii Hizhfil Qur’an (Wujudkan
Mimpimu dalam Menghafal Al-Qur’an). Ia berkata, “Aku telah mengetahui jalan
itu. Aku ingin menuliskannya kepada pembaca yang budiman dalam buku ini
sehingga pembaca bisa mencapai apa yang telah aku capai, hafal Al-Qur’an.” Buku
ini pun diberi pengantar oleh seorang motivator, Dr. Thariq Suwaidan, dan
seorang qari’ besar, Syekh Sa’ad Al-Ghamidi.
Betapa
elok apa yang dilukiskan oleh dr. Abdullah Mulhim dalam buku tersebut. Sebuah
peta untuk mencapai tujuan dan langkah untuk mewujudkan mimpi hafal Al-Qur’an.
Sebuah proyek yang tidak mengenal kata gagal. Proyek itu berawal dari keinginan
dan hasrat yang kuat. Kemudian, seiring dengan perjalanan waktu dan perencanaan
yang baik, “mimpi” itu akhirnya menjadi kenyataan. Seorang dokter dengan kesibukan
yang sangat saja bisa menjadi penghafal Al-Qur’an, bagaimana kita? Bisakah
kita?
Semoga
artikel ini bermanfaat dan bisa menjadikan motivasi bagi kita yang membacanya
:)
sumber :
"Balita pun Hafal Al-Qur'an"
(kisah inspiratif para bocah, lansia, dan orang-orang luar biasa penghafal Al-Qur'an)
karya Salafuddin Abu Sayyid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar