Selasa, 02 September 2014

Tak Ada Tangan untuk Bertepuk

Aku sungguh tak mengerti. Aku seperti berkali-kali jatuh di lubang yang sama. Aku selalu berusaha untuk menghindari jalan berlubang. Namun entah kenapa, selalu ada waktu di mana aku terjatuh dan terjatuh, di lubang yang sama.

Aku tak mengerti ketika aku katakan "tolong jangan lupakan aku". Yang terjadi malah seperti sebaliknya. Aku dilupakan. Aku ditinggalkan. Aku sendirian. Aku sama sekali tak tersimpan dalam memori mereka.

Aku tak mengerti ketika aku katakan "izinkan aku tetap ada di sampingmu". Yang terjadi malah seperti sebaliknya. Seperti mereka menciptakan tembok agar aku tak bisa masuk. Seperti mereka menggembok hati mereka dan berkata "aku tak ingin kau, aku ingin orang lain".

Aku tak mengerti ketika aku menangis merasakan semua kenyataan. Apakah ini hanya perasaanku saja? Apakah ini hanya imajinasi dari prasangkaku saja?

Aku tak mengerti ketika mereka berkata "tidak, bukan begitu. ini bukan salahmu". Jika memang bukan salahku kenapa mereka seolah menggembok diri mereka agar aku tak bisa datang di sampingnya?

Aku tak mengerti ketika mereka berkata "ini hanya kesalahpahaman, bukan karenamu". Jika memang bukan karenaku, kenapa tak kalian jelaskan apa sebabnya? Agar aku yakin itu bukanlah karenaku.

Aku tak mengerti ketika mereka berkata "maaf, ini salahku". Kenapa mereka meminta maaf? Yang ingin kudengar bukanlah maaf, tetapi sebuah kejujuran yang menandakan kepercayaan yang mereka beri padaku.

Aku tak mengerti... "bukan begitu, aku percaya padamu" kata mereka. Bohong. Sejauh mana mereka percaya padaku? Sejauh bunga yang percaya salju akan turun di musim panas? Sejauh bulan yang percaya bisa memancarkan cahaya sendiri tanpa pantulan sinar matahari?

Percayaku... Sejauh lebah yang mengambil nektar untuk menghasilkan madu. Sejauh tumbuhan yang membutuhkan matahari. Sejauh.... Lebih jauh dari percayamu padaku. Jauh, jauh lebih jauh dari percayamu padaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar