Kamis, 22 Juni 2023

Melepas Rasa

"Aku menyukaimu," kata Ai menatap Mamoru yang baru saja berbalik karena Ai menyebut namanya.

"Apa?" Mamoru memasang wajah bingung. Satu kalimat dari Ai tersebut tidak dapat ia interpretasikan secara langsung. Atau, ia ragu untuk menginterpretasikannya hanya dengan informasi yang ia dengar.

Selama ini, aku selalu memerhatikanmu. Tindakan kepedulianmu, usaha kerasmu, pengorbananmu, yang tidak semua orang tahu. Yang selalu orang lain olok-olokkan, yang selalu orang lain proteskan, karena mereka hanya melihat sisi luarnya saja. Lalu sisi di balik itu, yang sayangnya tidak banyak orang tahu, membuatku sangat menghargai sosokmu. Tanpa sadar, rasa menghargai itu terus tumbuh. Sampai aku mengagumi sosokmu, sampai aku ingin melindungimu, sampai aku ingin bisa terus berada di sampingmu. Sampai, rasa ini tertanam, rasa menyayangimu.

Bertahun-tahun aku menahan rasa egois ini. Rasa egois berupa sakit ketika melihatmu berbincang dengan yang lain, tetapi tidak menghiraukanku. Rasa kecewa ketika melihatmu dapat bercanda tertawa dengan yang lain, tetapi menghindar dariku. Rasa rindu ketika melihatmu ceria di sekeliling teman-temanmu, tetapi aku hanya bisa melihatnya dari jauh.

Ah, hari ini aku melihatnya lagi. Melihat tawamu, senyummu, candamu, yang kau bagi dengan sekelilingmu. Tapi, rasanya kau tetap tidak menatapku?

Aneh. Padahal aku yakin sudah melepas rasa ini. Lalu kenapa? Kenapa matamu yang tidak melihat ke arahku harus memenuhi pikiranku?

Apa aku harus meluapkannya agar ia benar-benar hilang?

Kalau begitu, Mamoru, tolong tatap aku saat ini. Lihatlah perasaanku yang mengganjal ini meluap terbang ke langit, mengosongkan otakku dari pikiran tentangmu, menetralkan hatiku dari bayangmu.

"Kamu tahu? Kamu sering memberikanku kebahagiaan tersendiri," lanjut Ai.

"...," Mamoru masih terdiam.

"Kehadiranmu. Aku suka. Kamu, dan juga teman-teman klub ini, aku sangat menyukainya. Terima kasih, Mamoru, kamu telah banyak berjuang demi pertemuan hari ini. Pertemuan yang begitu indah, begitu banyak memberikanku kebahagiaan. Aku menyayangimu, dan kalian semua," Ai tersenyum dengan yakin, tanpa melepaskan pandangannya pada Mamoru.

"Hhh, dasar," Mamoru menghela napas.

"Yap, tentu saja kamu harus berterima kasih padaku. Lain kali, gantian kau yang mengurusinya ya, Ai," senyum hangat Mamoru melebar. Ia berbalik sambil melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti karena panggilan Ai.

"Yah, jika tidak berhalangan tentunya," Ai juga kembali melangkahkan kakinya menuju tempat teman-teman yang lain bercengkerama, masih dengan posisi di belakang Mamoru.

"Oh ya, Ai!" Mamoru kembali berbalik.

"Ng?" Ai menatapnya.

"Terima kasih, untuk selama ini. Kamu yang terbaik,"

Senyum di wajah Ai kembali terukir, ia menatap langit.

Ah, mungkin benar perasaan ini telah lepas, terbang ke langit. Aku suka sekali saat kamu menghargaiku dengan mengucapkan ungkapan terima kasih itu, Mamoru. Sekarang hatiku pasti sudah ternetralkan karena ucapanmu itu. Jika saja kau mengatakannya sejak dulu, Mamoru, aku tak perlu sepusing ini.

"Dengan senang hati," gumam Ai menanggapi ucapan terima kasih Mamoru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar