Selasa, 07 Juli 2020

Kita dan Pesan Daring

Assalamu'alaikum kawan-kawan! :)
Bagaimana kabar kalian? Semoga kalian dan keluarga selalu dalam keadaan baik yaa.

Pada post kali ini, saya akan sedikit berbagi pendapat tentang hal-hal yang berhubungan dengan berkomunikasi lewat chat (atau selanjutnya akan saya sebut sebagai pesan daring). Kita telah menyadari bahwa di masa ini teknologi begitu mempermudah komunikasi kita dengan siapapun. Dalam waktu yang begitu singkat, kita bisa menyampaikan pesan kepada orang yang posisinya jauh sekali dari kita. Begitupun, kita dapat mendapat balasan secepat itu juga dari orang tersebut. Pesan daring menjadi jembatan bagi orang yang terpisah jauh, menjadi irisan bagi orang-orang sibuk yang tak sempat untuk saling bertemu. Walau begitu, pasti ada yang terasa berbeda bukan: antara komunikasi daring dengan komunikasi tatap muka secara langsung?

Saya adalah tipe orang yang lebih mudah menyampaikan sesuatu lewat tulisan dibandingkan lewat lisan. Bahkan dulu saat saya masih kecil, saya 'tidak suka' banyak bicara, mungkin itu juga yang menyebabkan saya jadi tidak terbiasa untuk menyampaikan pendapat atau apapun secara lisan. Seringkali lidah terpeleset karena gugup (padahal cuma ngomong biasa wkwk), diwarnai "aa", "emm", dan penjeda lainnya karena kata-kata dan kalimat tidak bisa terangkai baik secara spontan, dan lain-lain. Apalagi jika berurusan dengan sesuatu yang serius atau melibatkan perasaan, akan lebih sulit lagi bagi saya untuk mengungkapkan lewat lisan. Takut salah ngomong, ah. Kalau mau ngomongin ini enaknya dimulai dari mana ya? dan gumaman-gumaman lain seringkali menghantui. Oleh karena itu saya (sebenarnya) lebih nyaman menyampaikan lewat tulisan. Tetapi tentu, tidak di semua situasi dan keadaan hal itu bisa diterapkan.

Bagi tipe orang seperti saya, tentu saja pesan daring ini menjadi pilihan yang nyaman untuk berkomunikasi. Pemikiran-pemikiran seperti duh takut salah ngomong, bisa saya minimalisasi ketika ingin menyampaikannya lewat tulisan. Caranya, tentu dengan benar-benar memperhatikan apa yang saya tulis atau ketik. Apakah ada kata yang ambigu? Apakah ada susunan kata yang bisa menimbulkan tafsiran negatif? Jika dibaca ulang, kira-kira sudah benarkah pesan seperti ini akan menyampaikan dengan benar maksud dan tujuan saya? Oleh karena itu, bagi saya, ketikkan tiap huruf, kata, kalimat, benar-benar bermakna dan saya usahakan bahwa itu saya tuliskan dari hati yang terdalam (wkwk kenapa jadi gini bahasanya). Namun, setelah beberapa lama memperhatikan komunikasi pesan daring ini, ada sesuatu yang mengganjal di hati.

Kehilangan makna dan etika. Itu yang saya temukan dalam beberapa kasus ketika melakukan komunikasi lewat pesan daring. Saya yakin, teman-teman juga sudah banyak bergabung di grup-grup yang mewadahi komunikasi daring (sebut saja salah satu contohnya whatsapp yaak hehe). Saya akan sedikit berbagi cerita mengenai temuan saya di sejumlah grup WA yang saya ikuti (karena yang paling sering saya gunakan adalah WA).

Pernah tidak kalian menemukan salah satu atau beberapa grup WA kalian dipenuhi dengan 1 pesan broadcast yang sama? Saya sih sering (apalagi dulu saat masih ikut organisasi di perkuliahan wkwk). Saya ambil contoh, pesan broadcast yang disebarkan adalah informasi dari pelaksanaan suatu acara. Benar, tujuan pesan itu di-broadcast tentu saja agar informasi mengenai acara atau kegiatan tersebar luas sehingga diharapkan banyak orang akan mengikuti kegiatan tersebut. Ya, memang inti dari komunikasi adalah menyampaikan pesan yang berisi informasi (apapun itu). Lalu suatu hari, ada sedikit kejadian yang mengganggu saya. Setelah pesan broadcast suatu kegiatan dibagikan di grup, ada salah satu anggota grup yang bertanya seputar kegiatan tersebut. Namun, apa yang ia dapatkan setelah melontarkan pertanyaan di grup? Tak ada jawaban. Tak ada jawaban atau tanggapan apapun dari orang yang telah menyebarkan pesan broadcast tersebut di grup. Bahkan lebih parahnya lagi, saya pernah temukan selain tidak menanggapi pertanyaan tersebut, si orang yang menyebarkan pesan broadcast ini tiba-tiba muncul kembali di grup hanya untuk menyebar pesan broadcast lain. Bagaimana tanggapan kawan-kawan mengenai kejadian seperti ini?

Saya pribadi sangat menyayangkan jika hal-hal tersebut terjadi. Komunikasi seperti itu seolah kehilangan tujuan, kehilangan makna. Kita menyebar pesan untuk memberikan informasi, bukan? Jika orang lain bertanya tentang pesan yang kita sebarkan, itu artinya ia peduli dan ada informasi yang ingin ia ketahui lebih dalam, bukan? Lantas mengapa kita bisa mengabaikannya, tidak menanggapinya, dan bisa-bisanya kembali muncul di grup hanya untuk menyebarkan informasi lain? Padahal, informasi di pesan pertama yang kita sebarkan saja mungkin tidak tersampaikan dengan baik. Coba bayangkan jika komunikasi seperti itu terjadi secara tatap muka langsung, bukankah tidak nyaman? Bukankah hal seperti itu tidak beretika ketika orang bertanya seputar apa yang kita sampaikan, lalu kita malah diam atau bahkan mengganti topik ke pembicaraan lain secara tiba-tiba? Semoga saya dan kawan-kawan yang membaca ini dijauhkan dari sikap seperti itu yaa.

Kawan-kawan di sini menggunakan WA? Tahu kan ada fitur 'meneruskan' pesan? Pesan yang diteruskan dari satu room chat ke room chat lain, nanti di bagian atas pesannya akan ada tulisan 'diteruskan' atau forwarded. Saya tidak mempermasalahkan fitur tersebut, tetapi alangkah baiknya kita bisa lebih perhatian dan bijak dalam menggunakannya. Berdasarkan pengamatan saya (tidak semua orang lho ya), orang yang meneruskan pesan ke suatu grup atau room chat lain, tidak begitu memperhatikan apakah grup tujuan sedang membahas sesuatu atau tidak; atau tidak mencari tahu apa yang sedang dibahas di grup tujuan. Terkadang, mereka seolah 'asal' meneruskan pesan (yang kebanyakan isinya broadcast suatu kegiatan juga) di situasi yang tidak mereka cek sebelumnya. Saya pernah menemukan kasus, di suatu grup ada yang mengirim pesan bahwa ia sedang mencari si A karena tidak muncul-muncul di grup ketika ada yang perlu dibahas. Tiba-tiba, si A yang dicari-cari ini muncul. Iya, dia muncul dengan membawa pesan broadcast yang diteruskan. Lalu saat ditanya, "eh ini si A, kemana aja A?", si A kembali menghilang. Lagi, coba bayangkan jika komunikasi semacam ini terjadi secara tatap muka. Apakah kita sudah cukup beretika jika kita adalah si A?

Jadi kawan-kawan, yang ingin saya sampaikan adalah mari kita lebih memperhatikan cara kita berkomunikasi lewat pesan daring. Begitu mudahnya mengirim pesan daring, tetapi kadang kita lupa pada makna dan etika yang perlu kita terapkan dalam berkomunikasi. Dari cerita yang sudah sampaikan, saya merangkum tiga hal yang mungkin perlu kita perhatikan dalam berkomunikasi lewat pesan daring.

1. Sebelum mengirim pesan broadcast pada suatu room chat, pastikan terlebih dahulu bagaimana situasi pada room chat tersebut. Situasi yang perlu diperhatikan di sini seperti: apakah sedang ada suatu bahasan di sana? Apakah saya akan memotong pembicaraan atau tidak jika saya mengirimkan pesan broadcast sekarang?

2. Setelah mengirim pesan broadcast ke sejumlah room chat, bersiap dan bersigaplah untuk memerhatikan room chat tersebut. Barangkali ada info yang kurang jelas dalam pesan broadcast kita sehingga menimbulkan pertanyaan bagi orang lain yang membacanya. Ketika ada orang yang bertanya seputar info yang kita sebarkan, maka berikan tanggapan untuk mereka secepat yang kita bisa. Artinya jangan sampai pertanyaannya dibiarkan sampai berjam-jam (karena kita lalai tidak mengecek grup tersebut) atau bahkan berhari-hari. Tunjukkan bahwa kita menyebar pesan broadcast itu dengan serius.

3. Hindari menjadi orang yang muncul di grup hanya untuk mengirim pesan broadcast. Saya pribadi ketika ingin mengirim pesan broadcast selalu menjadi sangat pemilih terhadap grup atau room chat tujuan. Seringkali berpikir, apa saya sudah cukup baik berkomunikasi di grup ini sehingga saya pantas mengirim pesan broadcast di sini? Atau saya hanya menjadi tukang sebar broadcast tetapi tak pernah menanggapi bahasan apapun di grup ini? Apa informasi yang ingin saya sampaikan lewat pesan broadcast ini sesuai dan tepat sasaran dengan anggota-anggota yang ada di grup ini? Mungkin poin ini tergantung orangnya, tetapi saya pribadi kurang nyaman untuk menyebar broadcast di grup yang saya tidak aktif di dalamnya.

Nah, mungkin sekian pendapat yang ingin saya bagi seputar berkomunikasi lewat pesan daring. Dari sekian paragraf penjelasan yang saya utarakan, intinya adalah jangan lupakan makna dan etika berkomunikasi. Sebelum mengirim pesan, maknai dulu apa tujuan kita mengirim pesan tersebut. Ketika kita telah memaknai tujuannya, maka proses menyampaikan informasi juga insyaa Allah akan kita perhatikan dengan sebaik-baiknya. Artinya, pesan akan disampaikan dengan cara yang baik atau tidak melupakan etika. Oh iya, ini juga berlaku untuk mengirim pesan daring secara personal ya! (Soalnya daritadi conton kasusnya di grup melulu hehe).

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat yaa kawan-kawan, dan bisa jadi pengingat khususnya untuk diri saya pribadi jika ke depannya saya melakukan komunikasi yang kurang baik. Bagi kawan-kawan yang punya pendapat lain atau ada tambahan saran seputar berkomunikasi lewat pesan daring, silahkan warnai kolom komentar ya! :)

Terima kasih telah berkunjung ke post ini.
Wassalamu'alaikum wr.wb. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar