Jumat, 24 Juli 2020

Resensi Buku: Setapak Langkah Bersejarah

Assalamu'alaikum kawan-kawan pembaca! :D
Gimana kabar kalian dan keluarga? Semoga selalu dalam keadaan sehat dan tetap bahagia ya :) Hari ini aku mau sharing lagi tentang salah satu buku yang aku beli di bulan Mei lalu, dan ternyata tidak butuh waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan buku ini hehe. Buku ini cukup "aku banget!!" wkwk, karena buku ini bertemakan kisah-kisah anak Rohis. Waaa, pas baca ini berasa tua banget, "yaampun 7 tahun lalu juga aku pernah nih ngalamin kayak gini!" Oh iya salah satu penulis kisah di buku ini adalah adik tingkatku di Departemen Pendidikan Kimia UPI. Waktu dia share info PO buku ini, langsung deh aku merasa tertarik banget. Semacam pengen tau, gimana sih dunia Rohisnya anak Bandung? hehehe. Oke deh, selamat menyimak resensi buku "Setapak Langkah Bersejarah" ini!


Judul buku         : Setapak Langkah Bersejarah
Pengarang          : Muhamad Rafi Anggara, dkk.
Penerbit             : Goresan Pena
Tahun terbit       : 2020
Tebal halaman   : 157 + xi halaman
Sinopsis
Rohis. Nyaman dan tenang yang pernah kurasakan ketika bersama kawan-kawan saat itu. Bahkan hanya untuk berkumpul di masjid, bercengkerama, bersih-bersih, hingga hanya untuk sekadar saling menyapa.

Rohis inilah tempat kami hijrah, awal kami mengenal bahwa Islam itu sempurna, merasakan betapa masjid itu adalah tempat tersyahdu, dan banyak lain. Ialah langkah-langkah bersejarah yang tak 'kan pernah kami lupakan.

Rohis inilah tempat kami belajar tentang agama, memperbaiki diri, membangun organisasi, menautkan hati, hingga menyambut turunnya beribu-ribu berkah. Alhamdulillah 'ala kulli hal.

Tulisan-tulisan dalam buku ini kami dedikasikan untuk para Aktivis Dakwah Rohis di manapun berada; khususnya kawan-kawan seperjuangan kami di rohis-rohis sekolah kami, juga di Forum Rohis Kabupaten Bandung. Kami berharap, buku ini bisa menjadi kado yang berharga.

Resensi
(*mohon maaf bahasa yang digunakan di sini adalah bahasa santai dan tidak baku, atau bahkan campur aduk hehe)
Aku ini penggila Rohis, wkwk. Jadi pertama kali melihat sampul depan buku ini saja sudah muncul gejolak semangat dan rasa penasaran untuk membacanya. "Kisah anak Rohis menemukan jalan hidupnya", begitu kalimat yang tertulis di bagian bawah judul buku ini. Sampul depan buku dihiasi dengan gambar masjid dan seorang siswa laki-laki berpeci yang sedang membaca buku. Di bagian bawahnya terdapat sebuah kutipan dari Teh Ratna Dewi: "Saya jatuh cinta pandangan pertama pada Rohis, dan ternyata benar apa yang dikatakan para pujangga, bahwa cinta pertama itu sulit terlupa sekalipun waktu bergulir dan kisah berganti. Bersemilah, karena aku dan mereka akan selalu ada untuk mempertahankan setiap kisah yang akan terajut untuk dakwah kita". Gimana nih, para pecinta Rohis? Baru sampul depannya aja udah bikin waw gak sih? Hehe.

Buku ini merupakan karya bersama dari para aktivis Rohis SMA, kayaknya sih dari sekolah-sekolah di Kabupaten Bandung ya? Sebanyak 18 orang kontributor buku ini berasal dari sekolah yang berbeda-beda. Banyak di antaranya yang sudah jadi alumni, tetapi ada juga yang kini masih berada di bangku SMA. Hal ini menjadikan tulisan-tulisan dalam buku Setapak Langkah Bersejarah semakin beragam. Buku ini terbagi menjadi dua bagian: bagian pertama berisi cerpen dan bagian kedua berisi puisi, dua-duanya dijamin bikin kamu yang pecinta Rohis merasa 'ini aku banget!' dan bernostalgia dengan kehidupan Rohis jaman SMA dulu, hehe.

Kisah-kisah yang pendek dan ringan di buku ini benar-benar bisa aku nikmati di waktu santai. Apalagi cerita yang disampaikan di sini terasa begitu dekat dengan kehidupan. Kisahnya sederhana, tetapi rasanya pesan dari penulis begitu menyentuh hati (lagi-lagi, apalagi kalau kamu emang pecinta Rohis wkwk). Di bagian cerpen ini, beberapa cerita favoritku adalah Pelita yang Datang. Belajar Makna dari Hati ke Hati, dan Rohisku Keluargaku. Pelita yang Datang, karya Yani Suryani dari FOR-Q SMAN 2 Majalaya adalah tulisan pertama di buku ini yang benar-benar membuat hatiku tersentuh. Tokoh utama dalam kisah ini diceritakan sebagai seorang muslimah yang sempat melepas hijabnya karena mengikuti sebuah sanggar seni tari. Konflik batin si tokoh utama digambarkan dengan baik, juga sangat realistis. Perjalanan tokoh utama sampai memutuskan kembali berhijab dengan konsekuensi meninggalkan sanggar tari tersebut benar-benar menarik. Namun sayangnya, dalam proses perjalanan tersebut aku kurang mendapatkan titik dimana peran Rohis? Memang dalam satu paragraf disebutkan adanya peran Rohis yang menguatkan dan membantu tokoh utama semakin tersadarkan atas apa yang ia lakukan, tapi kurang greget gitu hehe. Kalau peran Rohis dalam perjalanan hijrahnya dijabarkan sedikit lebih banyak lagi, mungkin akan semakin menarik.

Belajar Makna dari Hati ke Hati karya Linda Aryanti dari FOR-Q SMAN 2 Majalaya juga menjadi salah satu cerita termenarik bagiku. Bagian awal dari kisah ini benar-benar mewakili aku versi SMA, wkwk. Iya, tentang pandanganku terhadap orang yang berjilbab jumbo. Dari kisah ini terlihat bagaimana si tokoh utama memilih jalan perubahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik; yang awalnya mungkin memandang aneh para muslimah berjilbab jumbo lengkap dengan kaos kaki, manset, dll, dan ternyata dirinya sendiri 'bertransformasi' menjadi muslimah yang dulunya ia anggap aneh itu. Proses hijrah yang perlahan dan dilakukan selangkah demi selangkah, bagiku adalah sebuah perjalanan yang berharga. Kisah favoritku selanjutnya adalah Rohisku Keluargaku karya Tria Novia Nurhaliza dari FORBU SMKN 3 Baleendah. Kalimat sederhana yang dijadikan judul dalam kisah ini benar-benar cocok untuk menggambarkan kehidupan para pecinta Rohis. Lagi-lagi, terasa 'aku banget!' wkwk. Izinkan aku mengutip salah satu kalimat terindah dalam cerita ini: "Rohis itu sudah menjadi bagian dari diri saya. Saya mencintai semua yang ada di dalamnya. Bagi saya, Rohis itu sesuatu yang hidup. Dia ada bukan cuma sekadar nama."

Selain ketiga kisah favoritku di atas, aku juga ingin beropini tentang 2 kisah berjudul Menjadi Bidadari Cantik ala Islami dan "Tutup Aurat Jaga Pandangan". Kedua tulisan baik ini sangat menjadi reminder untuk para muslimah khususnya yang masih dalam proses belajar menutup aurat secara sempurna sesuai dengan syariat (eh, semuanya juga masih belajar sih sepanjang hayat hehe). Namun menurut aku pribadi, agak kurang pas jika kedua tulisan tersebut menjadi bagian dari kumpulan-kumpulan tulisan lainnya dalam buku ini. Aku sih berharap bisa membaca kisah pengalaman nyata anak-anak Rohis melalui buku ini, dan aku rasa kedua kisah tersebut tidak memenuhi ekspektasiku ini. Gaya kepenulisan yang disajikan penulis dalam 2 cerita ini lebih ke seperti gaya bahasa buku keilmuan. Eh, terbayang gak maksudnya gimana? Ekspektasiku: kisah seorang perempuan dan perjalanannya dalam menemukan jati diri sebagai muslimah yang sesuai dengan syariat, terutama dalam hal menutup aurat. Yang aku baca: Apa itu aurat? Apa saja batasan aurat? Ada di surat apa perintah menutup aurat? Hal-hal tersebut disampaikan secara eksplisit, bukan dikemas dalam suatu cerita seperti yang aku bayangkan. Menurutku, kedua tulisan tersebut lebih pas jika berada dalam buku yang bertemakan kiat-kiat menjadi muslimah, atau aurat wanita muslimah, atau tema-tema lainnya yang memang dikhususkan untuk muslimah atau buku yang memang tujuannya untuk edukasi atau keilmuan (ah gitu lah pokoknya wkwk). Tujuan penulisan dua judul tersebut sangat baik, benar-benar baik, tetapi aku merasa jadi agak keluar jalur saja dari "kisah anak Rohis menemukan jalan hidupnya".

Dalam hal kebahasaan, rasanya hampir sama dengan yang pernah aku sampaikan di post resensi buku Open Your Mind, Get Your Happiness (bisa klik di sini). Di sejumlah kisah, aku menemukan kejanggalan di beberapa kalimat yang ada (lagi, kayaknya ini efek skripsian sama Bu Sri, jadi gitu deh kayak ada radar kalau di suatu kalimat ada yang aneh wkwk). Tapi ya, namanya juga belajar menulis ya kan :D Tapi lagi nih, hehe, lagi-lagi, sangat disayangkan kalau sudah diterbitkan menjadi buku namun kurang maksimal dalam hal editing tata bahasa. Seharusnya sih dengan menjadi bagian dari kontributor buku, kita bisa lebih dibelajarkan tentang tata bahasa yang baik dan benar sesuai EBI :) Eh tapi ada salah satu yang bagus nih tentang bahasa. Di judul Belajar Makna dari Hati ke Hati, aku menemukan keunikan yaitu diselipkannya beberapa kalimat berbahasa Sunda di sana. Yang memuaskannya, bahasa Sunda tersebut ditulis dengan huruf miring atau italic, dan setelahnya selalu diikuti terjemahan bahasa Indonesianya. Ini mungkin sederhana, tapi aku merasa nyaman banget baca penulisan kayak gini, hehe.

Hal lainnya tentang sebuah kejanggalan yang benar-benar teringat adalah pencantuman terjemahan surat Muhammad ayat 7 yang ada di halaman 102 buku ini. Begini kutipan yang tercantum di buku, 
Karena Allah menolong kita, menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya. Seperti dalam Q.S. Muhammad ayat: 7, "Bukan hanya Allah berikan kebahagiaan dalam hati, tapi juga menolongnya dalam segala urusan Mahabaik Allah dengan segala rahmat-Nya."
Pencantuman seperti itu membuatku menginterpretasikan bahwa bunyi terjemahan surat Muhammad ayat 7 adalah kalimat yang ada di dalam tanda kutip. Tapi coba deh kalau kita cek di Al-Qur'an, yang aku temukan sih gini terjemahannya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."
Sebenarnya aku juga belum tau ya maksud kutipan yang dicantumkan di buku itu kutipan dari mana. Apakah dari Al-Qur'an tapi ternyata bukan surat Muhammad ayat 7, ataukah kutipan lain (bukan dari Al-Qur'an) tapi tata cara penulisannya yang membuat aku berpikir itu terjemahan surat Muhammad ayat 7. Poin utama yang mau aku sampaikan adalah mari kita lebih berhati-hati ketika membuat tulisan yang di dalamnya mencantumkan terjemahan ayat Al-Qur'an. Lebih berhati-hati dalam artian, sebelum dipublikasi atau dikirim ke orang lain, lakukanlah cek ulang berkali-kali. Benarkah terjemahan ayatnya begini? Surat dan ayatnya sudah benar belum? Soalnya aku pribadi, ketika mau share tulisan yang di dalamnya ada terjemah ayat Al-Qur'an suka cek berkali-kali: liat aplikasi Al-Qur'an di telepon genggam, liat terjemahan Al-Qur'an di mushaf, saking khawatirnya ada kesalahan penulisan. Kan gawat juga kalau dari kitanya salah tulis, lalu orang yang membaca tulisan kita asal share lagi (tanpa mengecek ulang), khawatir membawa kesalahan kemana-mana.

Di bagian kedua buku ini, yaitu puisi, secara keseluruhan aku suka membacanya. Puisi itu kan agak beda ya dengan penulisan cerpen. Sifatnya lebih bebas dan biasanya gak terikat dengan tata bahasa. Setiap puisi itu unik, dan katanya yang benar-benar tau apa makna dari suatu puisi adalah penulis itu sendiri. Dari 23 puisi yang disajikan di bagian dua buku ini, ada beberapa puisi yang paling menarik dan menyentuh hati bagiku: Segaris Waktu karya Yani Suryani (loh baru sadar karya dia lagi hehe) ; Tentang Aku dan Rohis karya Rika Anggareni; dan Rohis karya Tina Sari Mareta.

Sekian resensi atau ulasan dari buku Setapak Langkah Bersejarah. Kalau kamu pecinta Rohis dan tertarik sama buku ini, boleh banget pinjem ke aku yaa. Terima kasih kawan-kawan yang sudah membaca post kali ini. Oh iya kalau kalian ada rekomendasi buku seputar Rohis sekolah, share di kolom komentar ya! hehe.
Wassalamu'alaikum wr. wb :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar