Jumat, 24 Desember 2021

Menyelami, Lalu Jatuh Cinta, Lagi

Apakah kamu pernah jatuh cinta?
Seberapa lama kamu bisa bertahan mencintainya?
Saat kamu memutuskan telah mencintai seseorang atau sesuatu, apakah setiap saat kamu bisa terus mencintainya? Ataukah, akan ada titik di mana kamu merasa bosan dan berpikir, 'rasanya aku sudah tidak secinta dulu'?
Jika kamu sampai ke titik itu, apa yang akan kamu lakukan?

Sekitar 7-8 tahun yang lalu. Ya, saat itu aku memutuskan memilihnya sebagai jalan hidupku. Kalau bicara tentang jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya, mungkin sekitar 10 tahun lalu? Aku ingat, saat itu pertama kalinya aku jatuh cinta padanya, karena merasa aku bisa lebih mengenalnya dibanding teman-temanku yang lain. "Aku bisa menggenggammu dengan erat, sementara yang lain tidak bisa melakukannya," kira-kira begitu isi pikiranku. Saat ia datang, perasaanku selalu senang. Hatiku berdegup kencang, percaya bahwa akan ada hal seru dan menarik yang ia bawakan. Aku menikmati waktu-waktu bersamanya, tidak ingin cepat dipisahkan. Sementara kebanyakan teman-temanku, tak jarang mencemooh dan berharap kebersamaan dengannya cepat berakhir.

Tiga tahun setelah pertemuan pertamaku dengannya, aku semakin mencintainya. Walau beberapa tahun ke depannya, mulai muncul rasa tidak mengenakkan. Kadang aku merasa sedang tidak ingin bertemu dengannya, tetapi kadang juga merindukannya. Kadang aku merajuk, berharap lebih baik ia menghilang saja, tetapi kadang juga aku ingin berlari ke arahnya. Saat di ujung waktu, muncul kebimbangan apakah ingin tetap memilihnya. Dan ternyata aku memang mempertahankannya.

Masa-masa 7 sampai 3 tahun yang lalu mungkin adalah masa-masa terberatku bersamanya. Sungguh, tak jarang aku merenungi apakah pilihanku ini salah. Kenapa aku tak lagi senang bersamanya? Kenapa aku ingin segera berpisah dengannya? Walau lagi-lagi, ada titik yang membuatku sadar betapa aku sangat mencintainya dulu, sampai-sampai memutuskan memilih jalan ini. Ini tentangku, yang memilih kimia.

Kawan, pernahkah kalian merasa ada kalanya semakin mengenal dan mendalami sesuatu, semakin sesuatu itu tak lagi menyenangkan bagi kita? Saat kuliah, aku seringkali merasakannya. Mempelajari bagian dari kimia yang sebelumnya belum pernah ditemui saat SMA, kadang terasa menyusahkan. Ribet, kompleks, sulit, akhirnya muncul rasa "kenapa kimia gak semenyenangkan waktu SMA dulu ya?" Perasaan-perasaan seperti itu, yang belum lama ini kusadari, adalah yang menghambatku untuk belajar sungguh-sungguh saat kuliah dulu. Hasilnya, materi dari beberapa mata kuliah terlupakan begitu saja dari otakku. Tetapi, menyerah sebelum berjuang ketika menghadapi perasaan itu tentu bukanlah pilihan yang tepat. Kita harus menyelesaikan apa yang kita mulai, ya kan?

Ketika perasaan tidak menyenangkan itu muncul, yang bisa membuatku bertahan adalah dengan mempelajari kimia itu sendiri. Agak kontradiktif ya? Rasa menyenangi kimia kadang meluntur saat menemukan atau mempelajari topik-topik yang menyulitkan, tetapi ada juga momen ketika dengan mempelajarinya aku menemukan hal-hal menarik dari kimia. Menemukan hal-hal yang menarik itu selalu membuatku kembali mengingat bagaimana dulu aku pertama kali jatuh cinta pada kimia. Saat momen itu datang, keyakinanku untuk bertahan kembali menguat. Benar, aku memilih jalan ini karena memang aku suka.

Di masa-masa kuliah, seringkali semangatku menurun ketika hadir di kelas untuk mempelajari kimia fisik atau kimia organik. Tetapi ketika aku menyimak diskusi dengan teman dan menjadi paham terhadap suatu persoalan kimia, aku menjadi sadar bahwa aku masih bisa menikmati belajar kimia. Ketika aku pusing mempelajari sifat-sifat unsur yang begitu banyak dan beraneka ragam di mata kuliah kimia anorganik, rasa penasaranku untuk mempelajarinya kembali muncul saat tahu bahwa mineral alumina terlihat cantik akibat 'ketidaksempurnaan' strukturnya. Di tengah-tengah rasa ingin menyerah dalam membahas hidrolisis garam yang menjadi tema skripsiku, ada rasa takjub ketika aku tahu bahwa hanya 1 dari 10^9 molekul air yang mengalami autoionisasi membentuk ion H+ dan OH-.

Tidak hanya saat kuliah, kadang rasa lelah dengan kimia itu pun muncul di masa-masa mengajar. Tetapi lagi-lagi, selalu ada hal yang membuatku kembali jatuh cinta padanya: mengajar dan kimia. Melihat dan menikmati penampilan karya lagu koloid anak-anak; mendengar ide out the box dari anak tentang penerapan kesetimbangan kimia dalam industri (yang paling teringat dan sangat menghibur: ide memindahkan amonia menggunakan sendok! haha); menyadari kembali bahwa keadaan yang memungkinkan terjadinya reaksi pembakaran sudah diatur sedemikian rupa oleh Sang Pencipta; mendapat pencerahan lebih rinci terhadap berbagai fenomena alam yang begitu luarbiasa akibat mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan unik siswa; dan yang baru-baru ini terjadi, tertular semangat belajar dari anak-anak yang ingin mengikuti lomba. Rasanya baru kali itu lagi setelah sekian lama, semangat belajarku begitu tinggi demi berjuang bersama mereka.

Kawan, hidup tak akan selalu terasa menyenangkan, bahkan ketika yang kita lakukan adalah sesuatu yang selama ini kita suka. Bisa saja ada satu titik ketika kita merasa bosan, merasa tidak ingin melakukannya lagi. Memang begitulah hidup, wajar-wajar saja jika kita merasakannya. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bijak menghadapi kondisi seperti itu. Pintar-pintarlah mencari alasan untuk 'jatuh cinta' lagi terhadap apa yang telah kita pilih, agar kita kuat bertahan, dan dapat menuntaskan apa yang telah kita pilih sampai berakhir dengan baik. Sesulit dan setidakmenyenangkan apapun keadaan yang sedang kita alami, yakinlah masih ada hikmah dan kebahagiaan yang bisa kita ambil, walau sekecil apapun.

Jadi, bagi kamu yang sedang merasakan kebimbangan atas pilihan yang sedang kamu jalani, mari sejenak melihat kembali ke belakang. Mungkin ada jejak yang telah kamu lupakan, jejakmu ketika jatuh cinta pada jalan yang kamu pilih saat ini :)

~

Catatan:
Special thanks to Nadhif & Raihan, yang sudah menjadi salah satu jalanku untuk semakin mencintai kimia lagi! Terima kasih, di hari itu telah bersedia memilih maju, memilih mencoba, menjawab 'iya, saya mau ikut'. Jawaban yang kalian berikan mungkin terasa sangat sederhana, hasil yang dicapai mungkin dianggap tidak berarti apa-apa, tetapi keputusan kecil kalian saat itu ternyata membawa pengaruh besar untuk kehidupan seseorang. Semoga balasan kebaikan terus mengalir untuk anak-anak hebat seperti kalian! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar