Minggu, 26 Maret 2023

Prestasi dan Pengakuan

Apakah kamu pernah melihat ucapan selamat yang disampaikan oleh suatu organisasi atau lembaga atau institusi tertentu untuk anggotanya yang telah mencapai suatu prestasi? Entah dalam bentuk flyer yang dibagikan di media sosial, spanduk atau baliho yang dipajang di depan perusahaan atau kantor lembaga tertentu, dalam salah satu slide presentasi yang digunakan untuk promosi, atau bahkan disampaikan pada saat sambutan acara tertentu oleh kepala lembaga yang bersangkutan. Ketika melihat atau mendengar ucapan selamat tersebut, biasanya di benak saya akan timbul rasa kagum, "wah keren banget ya orang ini, juga lembaganya!". Namun sejak pertengahan masa kuliah, muncul pandangan lain yang berbeda di hati saya.

Assalamu'alaikum teman-teman, apa kabar? :)
Semoga dalam keadaan sehat dan baik secara fisik dan psikisnya yaa. Di posting kali ini, saya ingin berbagi pandangan tentang prestasi atau pencapaian, beserta pihak-pihak yang (merasa) berhak memiliki prestasi tersebut. Sebelum saya menjabarkan lebih jauh tentang pandangan saya, saya ingin memperlihatkan salah satu meme yang saya temukan dari akun instagram warstek_com berikut.
Bagaimana pendapatmu tentang gambar itu? Foto yang diunggah pada tanggal 2 Januari 2022 tersebut dilengkapi dengan caption: "Pas pendaftaran dan persiapan lomba ga pernah datang, tiba tiba pas menang langsung diklaim sama sekolah." Saya pun tertarik membaca komentar pada posting tersebut dan wah, ternyata banyak sekali cerita, hehe. Saat membaca caption dan komentar di sana, saya menyaut kepada diri saya sendiri, "loh ini kan yang aku pikirin pas kuliah waktu itu!"

Saat kuliah, saya pernah mengikuti salah satu organisasi kampus dan kebetulan bergabung di bagian manajeman SDM-nya. Di tahun ketiga saya berada di sana, saya benar-benar mempelajari bagaimana penjabaran visi-misi serta indikator yang menjadi tolok ukur berhasilnya visi-misi organisasi tersebut, khususnya yang berhubungan dengan divisi saya. Salah satu target pencapaiannya adalah memiliki SDM yang berprestasi, yang tentu menjadi keinginan setiap organisasi apapun. Kami mengukur target tersebut dengan mendata setiap anggota kami yang telah mendapat atau mencapai prestasi tertentu di bidang apapun. Terkadang ada prestasi yang bahkan mungkin tidak terlalu berhubungan dengan organisasi kami, tetapi tetap kami catat karena orang tersebut adalah anggota kami. Di titik itu, saya merasa ada yang aneh.

"Kenapa kita mengklaim prestasi ini sebagai prestasi (milik) (organisasi) kita? Hanya karena yang meraihnya adalah anggota kita? Memangnya apa yang sudah kita lakukan untuk mendukungnya mencapai prestasi ini?". Saya pernah menyampaikan pendapat ini dan sedikit berdiskusi dengan teman dekat saya di organisasi tersebut, dan menurut saya ini hal yang menarik. Idealnya, kami (organisasi) seharusnya memberikan dukungan berupa apapun untuk setiap anggota kami yang sedang berjuang untuk mencapai prestasi tertentu. Entah dalam hal kompetensi yang berupa pelatihan, ataupun yang lainnya. Tetapi mirisnya, hal tersebut belum bisa kami lakukan secara optimal. Atau terkadang, ide fasilitasnya ada, tetapi belum direalisasikan sebaik-baiknya.

Di titik itu saya merenung. Saya pikir, terkadang suatu organisasi atau lembaga ternyata egois sekali. Setiap prestasi yang diraih itu, yang tercatat dan 'dipamerkan' itu, tentu menjadi sesuatu yang 'menjual' untuk dipromosikan ke pihak luar. Entah untuk membangun citra lembaga, menarik anggota, mencari popularitas, atau hal lainnya. Sebenarnya itu hal yang wajar dan bukan suatu masalah. Tetapi bagaimana jika, prestasi yang diraih oleh seseorang itu diperoleh dari perjuangannya sendiri tanpa dukungan oleh lembaga yang bersangkutan? Apakah lembaga tersebut sudah mengambil peran dalam mendukung SDM-nya tersebut, minimal dukungan dalam bentuk yang sederhana?

Saya teringat kembali dengan komentar-komentar yang muncul di post instagram warstek_com tadi. "Diizinkan mendaftar aja susah, pas menang baru dicari-cari", "Gurunya itu gak ngebimbing apa-apa, tapi pas menang malah minta bagi hadiah", "Minta surat izin dari sekolah dipersulit sampe akhirnya dipermudah panitia pelaksana. Pas udah menang, baru diajak makan", dan cerita-cerita lainnya. Rasanya miris dan sedih melihat komentar-komentar semacam itu. Tentu ini tidak terjadi di semua sekolah, lembaga, atau organisasi, saya yakin masih banyak lembaga yang memberikan dukungan penuh untuk SDM-nya berjuang mencapai suatu prestasi. Namun berdasarkan komentar yang saya baca di post tersebut, rupanya tak jarang juga orang-orang yang belum bisa mendapatkan dukungan dari suatu lembaga ketika ia sedang berusaha dan berjuang meraih prestasi yang sebenarnya akan mengharumkan nama lembaga itu sendiri.

Karena saya bekerja di sekolah sebagai seorang guru, melihat spanduk ataupun flyer ucapan selamat atas prestasi yang telah diraih sejumlah murid adalah hal yang biasa. Apalagi di waktu pergantian tahun ajaran, menjadi waktu yang tepat untuk 'memamerkan' alumni-alumni yang sudah diterima di berbagai universitas (tentu saja nama PTN-PTN negeri akan lebih 'menjual'). Di suatu spanduk, saya pernah melihat salah satu murid yang diterima di salah satu PTN dengan mengambil jurusan kimia. Di situ saya mencoba flashback untuk mengingat-ingat kembali anak itu. Rasanya tak pernah sekalipun saya berpikir anak ini akan memilih jurusan kimia, bahkan saya tak pernah membayangkan bahwa dia memiliki ketertarikan pada kimia. Jika saya ingat-ingat kembali saat KBM, rasanya dia juga murid yang biasa-biasa saja di jam saya. Beberapa orang mungkin akan berkomentar, "wah anak ini masuk kimia, dia terinspirasi sama kamu kali De, kan kamu guru kimianya". Tetapi kata-kata seperti itu justru membuat saya semakin berpikir, "kontribusi apa ya yang sudah saya berikan untuknya? Untuk semua anak-anak yang terpampang di sini?"

Saya juga teringat salah satu pembicaraan dengan murid saya saat saya masih PPL dulu. "Saya diterima di SMA ini lewat jalur prestasi Bu, jadi di sini saya harus mempertahankan prestasi saya di lomba-lomba supaya tidak bikin malu." Benar, banyak sekolah menerima calon murid-murid yang berprestasi, supaya murid tersebut bisa berkontribusi untuk nama baik sekolah. Namun, bukan berarti sekolah (ataupun lembaga dan organisasi manapun) hanya tinggal diam saja menunggu capaian dari murid 'berprestasi' tersebut. Memberikan sedikit dorongan kepada anak-anak yang sudah terbiasa mengikuti lomba apalagi hampir selalu meraih juara mungkin bukanlah hal yang sulit. Prestasi anak seperti itu mungkin sudah diakui banyak pihak, terlebih jika ia sudah terbiasa meraihnya sejak kecil. Tetapi saya rasa, dorongan dan dukungan semacam itu, bukanlah milik anak yang sudah terbiasa berprestasi saja, atau untuk anak yang potensi menjuarai lombanya besar saja.

Kita mungkin sering berpikir untuk mencari dan menerima bibit unggul, agar kita tak perlu terlalu susah payah memoles untuk mendorong bibit unggul tersebut meraih prestasi. Itu bukan hal yang salah, tetapi saya rasa ada hal yang lebih hebat dan keren daripada itu. Pernahkah kita berpikir untuk melahirkan seorang bibit unggul itu sendiri? Mengubah bibit yang tadinya biasa-biasa saja, menjadi bunga indah yang disenangi banyak orang? Mengantarkan bibit yang tadinya bukan apa-apa, menjadi suatu tanaman yang ternyata banyak sekali manfaatnya karena kita tahu bagaimana cara merawatnya? Menemani dan berjuang bersamanya, hingga sampai meraih prestasi pertamanya? Menurut saya, sekolah, lembaga ataupun organisasi yang bisa memengaruhi anggota (yang tadinya biasa-biasa saja) di dalamnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik hingga meraih prestasi pertamanya, itu hebat. Terdengar seperti sesuatu yang hebat dan keren, tapi tentu tidak mudah kan ya? Hehe.

Saya tahu mencapai prestasi bagi orang yang belum terbiasa meraihnya (atau bahkan belum terbiasa berkompetisi) bukanlah hal yang mudah. Tetapi tidak ada salahnya jika kita (bagian dari suatu organisasi atau lembaga) berusaha untuk memberikan kontribusi terhadap SDM yang mau berjuang untuk mencobanya. Kontribusinya berupa apa? Tidak harus selalu sesuatu yang mahal, yang sulit, atau yang besar. Semampu kita saja. Sesederhana mengucapkan, "kamu sepertinya cocok mengikuti lomba ini, mau dicoba?", "hari ini kamu lomba kan? Semoga sukses ya", "kami selalu mendukungmu, kami mendoakanmu, kamu pasti bisa memberikan yang terbaik yang kamu punya".

Kita, yang menjadi bagian dari suatu lembaga, organisasi, ataupun institusi manapun kita berada, mari mengambil peran semampu yang kita bisa dalam mendukung SDM kita yang sedang berjuang meraih prestasi. Sebelum 'mengakui' bahwa prestasi tersebut adalah prestasi milik (lembaga) bersama, pastikan kita sudah berkontribusi mendukungnya. Jangan menjadi orang yang hanya mengakui bagian  bagusnya saja, tetapi tidak mau tahu susah payah perjuangannya :) Satu lagi, apapun hasilnya, tetaplah bangga dan ucapkan terima kasih kepada para SDM yang telah berjuang dan mencoba. 

Penutup untuk posting kali ini, saya mengutip pesan dari teman yang saya ajak diskusi tentang organisasi yang saya ikuti saat kuliah dulu: "Kalau kita gak bisa bantu apa-apa (dalam hal akademik atau kompetensinya), seenggaknya kita perlu tahu dia mau ikut lomba dan kita kasih semangat. Kontribusi seminimal-minimalnya ya ngasih ucapan semangat + bantu doa, gak tiba-tiba terima piala pas menang aja."

Sekian teman-teman, semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar