Assalamu'alaikum teman-teman...
Sudah dengar berita yang satu ini? Mengenai wacana penyatuan zona waktu di Indonesia. Jadi rencananya, pemerintah akan menyatukan 3 zona waktu yang sekarang, yaitu WIB (GMT +7), WITA (GMT +8), dan WIT (+9), menjadi 1 zona waktu, Waktu Indonesia yaitu GMT +8 atau semua wilayah Indonesia nantinya akan memakai zona waktu WITA. Kenapa bisa ada wacana seperti itu? Apa keuntungannya? Mari simak berita ini....
TIGA WILAYAH WAKTU INDONESIA AKAN DISATUKAN
Metrotvnews.com, Jakarta: Pemerintah berencana
menyatukan tiga wilayah waktu Indonesia dalam satu zona, yaitu GMT+8
atau Waktu Indonesia Tengah. Penyatuan zona waktu bertujuan menciptakan
efisiensi birokrasi dan peningkatan daya saing dalam ekonomi global.
"Zona WITA dipilih sebagai patokan untuk melakukan efisiensi birokrasi dan peningkatan daya saing ekonomi," kata Kadiv Humas dan Promosi KP3EI Edib Muslim.
Perbedaan waktu, hingga saat ini dinilai tak efektif untuk perdagangan antarzona. Terlebih untuk transaksi keuangan dan bursa saham. Penyatuan zona merupakan langkah awal penghematan triliunan rupiah. Sekretaris KP3EI, Luky Eko menyatakan, hingga kini pemerintah masih harus membicarakan lebih lanjut mengenai penyamaan waktu tersebut. Waktu pelaksanaan penyatuan zona juga belum ditentukan.
Dengan penyatuan zona waktu GMT+8, maka waktu Indonesia akan sama dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Dengan kesamaan zona itu, Indonesia diuntungkan karena bisa hemat jam kerja, lalu lintas, maupun aktivitas ekonomi seperti keuangan, bank dan saham.
"Zona WITA dipilih sebagai patokan untuk melakukan efisiensi birokrasi dan peningkatan daya saing ekonomi," kata Kadiv Humas dan Promosi KP3EI Edib Muslim.
Perbedaan waktu, hingga saat ini dinilai tak efektif untuk perdagangan antarzona. Terlebih untuk transaksi keuangan dan bursa saham. Penyatuan zona merupakan langkah awal penghematan triliunan rupiah. Sekretaris KP3EI, Luky Eko menyatakan, hingga kini pemerintah masih harus membicarakan lebih lanjut mengenai penyamaan waktu tersebut. Waktu pelaksanaan penyatuan zona juga belum ditentukan.
Dengan penyatuan zona waktu GMT+8, maka waktu Indonesia akan sama dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Dengan kesamaan zona itu, Indonesia diuntungkan karena bisa hemat jam kerja, lalu lintas, maupun aktivitas ekonomi seperti keuangan, bank dan saham.
HATTA RAJASA : SATU ZONA WAKTU, RI UNTUNG TRILIUNAN
VIVAnews - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian,
Hatta Rajasa, mengatakan rencana untuk menyatukan zona waktu dapat
menguntungkan Indonesia hingga triliunan rupiah. Menurutnya,
meskipun wacana penyatuan zona waktu ini belum diputuskan, namun
pemerintah tengah melakukan kajian. Saat ini, sudah ada studi terkait
rencana itu.
"Dari studi itu jauh banyak kita menguntungkan, menghemat penggunaan energi, lebih cepat kita terkoneksi dengan dunia luar dalam dunia bisnis, lebih efisien, bisa hemat triliunan. Ada hitung-hitungannya," kata Hatta, ketika ditemui di kantornya, Kawasan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin 12 Maret 2012.
"Dari studi itu jauh banyak kita menguntungkan, menghemat penggunaan energi, lebih cepat kita terkoneksi dengan dunia luar dalam dunia bisnis, lebih efisien, bisa hemat triliunan. Ada hitung-hitungannya," kata Hatta, ketika ditemui di kantornya, Kawasan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin 12 Maret 2012.
Misalnya, Hatta
mencontohkan, ketika di Jakarta melakukan rapat pada pukul 07.00 pagi,
maka di Singapura sudah mulai bekerja. Kemudian, lanjut Hatta, ketika di
Jakarta memulai pekerjaan pada pukul 08.00 pagi maka di Singapura sudah
mendapatkan keuntungan dari perdagangannya. Sementara
itu, ketika di konfirmasi terkait rencana Bursa Efek Indonesia (BEI)
untuk memajukan jam perdagangan sehingga dapat mengubah aturan penyatuan
zona waktu, Hatta menegaskan semua aturan bisa direvisi.
"Aturan direvisi kan bukan Alquran, semua aturan bisa direvisi. Sepanjang menguntungkan untuk negara," tegasnya.
Seperti diketahui, Kementerian Koordinator Perekonomian mengusulkan ide penyederhanaan zona waktu Indonesia dari tiga menjadi satu. Alasannya simpel, satu zona waktu akan meningkatkan produktivitas. Penyatuan zona waktu ini sudah tertuang dalam Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat dan Promosi Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Edib Muslim menyatakan, zona waktu tunggal ini akan menambah transaksi perdagangan Rp500 miliar sehari.
Peningkatan itu terjadi karena pedagang dari kawasan Waktu Indonesia Tengah (Wita) dan Waktu Indonesia Timur (WIT) bisa satu waktu dengan Jakarta. Sehingga tak ada waktu terbuang karena menunggu satu atau dua jam perdagangan di Jakarta dibuka.
"Aturan direvisi kan bukan Alquran, semua aturan bisa direvisi. Sepanjang menguntungkan untuk negara," tegasnya.
Seperti diketahui, Kementerian Koordinator Perekonomian mengusulkan ide penyederhanaan zona waktu Indonesia dari tiga menjadi satu. Alasannya simpel, satu zona waktu akan meningkatkan produktivitas. Penyatuan zona waktu ini sudah tertuang dalam Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat dan Promosi Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Edib Muslim menyatakan, zona waktu tunggal ini akan menambah transaksi perdagangan Rp500 miliar sehari.
Peningkatan itu terjadi karena pedagang dari kawasan Waktu Indonesia Tengah (Wita) dan Waktu Indonesia Timur (WIT) bisa satu waktu dengan Jakarta. Sehingga tak ada waktu terbuang karena menunggu satu atau dua jam perdagangan di Jakarta dibuka.
Meski begitu, zona tunggal ini direncanakan mengikuti zona Wita yang
delapan jam lebih cepat dari Greenwich Mean Time (GMT), atau sejam lebih
cepat dari Waktu Indonesia Barat.
PENYATUAN ZONA WAKTU TAK GANGGU WAKTU SHOLAT
VIVAnews - Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan ide
penyatuan zona waktu bisa saja direalisasikan. Menurut dia, kalau ide
itu direalisasikan, umat Islam mudah menyesuaikan sebab salat lima waktu
patokannya matahari, bukan jarum jam.
"Tetap berdasarkan matahari, sama saja," kata Suryadharma di JCC Jakarta, Senin 12 Maret 2012.
"Tetap berdasarkan matahari, sama saja," kata Suryadharma di JCC Jakarta, Senin 12 Maret 2012.
Suryadharma
menjelaskan, patokan waktu salat adalah posisi matahari. Dia
mengilustrasikan, saat ini, waktu subuh di Pulau Jawa sekitar pukul
05.00. Saat bersamaan, di Papua karena selisih dua jam, sudah pukul
07.00.
"Yang jadi patokan tetap posisi matahari, waktu subuh itu saat fajar," kata dia. Jadi, "waktu salat menyesuaikan waktu setempat."
"Yang jadi patokan tetap posisi matahari, waktu subuh itu saat fajar," kata dia. Jadi, "waktu salat menyesuaikan waktu setempat."
Wah, bagaimana nih menurut teman-teman? Berarti nanti untuk yang ada di Indonesia Barat, bakal bangun lebih pagi untuk kerja atau sekolah, tapi pulangnya juga mungkin jauh sebelum malam, atau mungkin belum sore hari. Tapi untuk yang ada di Indonesia Timur, berangkat kerja atau sekolahnya mungkin pas matahari udah bersinar terang, tapi pulangnya bisa jadi lebih sore, mendekati malam.. Kira-kira kebijakan ini benar-benar efektif gak ya? Yaa, kita tunggu aja keputusan dari Pak Presiden RI ya... Semoga benar-benar bisa membawa manfaat dan dampak positif buat Indonesia :)
sources:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar