“Aku
ingin mencetak anak yang istimewa dalam hal menghafal Al-Qur’an,” begitulah
kalimat yang terucap dari Ayah Abdullah Fadhil ini. Ternyata rencana tersebut
sudah lahir di benak sang Ayah bahkan sebelum membangun rumah tangga. Ia
mendapatkan saran dari Ayah seorang ‘anak mukjizat’, Sayyid Muhammad Husain
Tabataba’i, yang juga sudah menjadi penghafal Al-Qur’an pada usia kanak-kanak.
Setelah mempelajari secara detail program dan langkah yang mesti ditempuh,
gagasan dan keinginan ini disampaikan kepada calon mertua dan calon istrinya
yang dengan senang hati menyambut gagasan tersebut. Bahkan calon istrinya
terharu hingga meneteskan air mata sebagai pertanda rasa suka dan girang di
dalam hatinya.
Secara
garis besar, program ini dijalankan dengan senantiasa membaca dan membacakan
Al-Qur’an dalam keadaan suci dari hadas dan diiringi dengan do’a-do’a yang
menguatkan langkah ini. Pelaksanaan program ini terbagi menjadi 2 periode,
yaitu periode sebelum dan sesudah sang istri mengandung sang anak. Program ini
diawali sang istri yang secara rutin membaca wirid dan dzikir harian,
mengerjakan shalat-shalat sunnah, dan membaca Al-Qur’an. Program ini
dilaksanakan semaksimal mungkin tanpa mudah menyerah terhadap berbagai kondisi
yang ada. Program inilah yang harus
diprioritaskan jika terjadi benturan dengan acara lain. Dan tentu saja untuk
menjalankan program ini diperlukan cukup banyak waktu.
Setelah
sang anak lahir, ketika usianya baru mencapai 1 tahun lebih 3 bulan, ia telah
hafal beberapa surat pendek. Hafalannya terus bertambah sedikit demi sedikit
hingga akhirnya diusia 2 tahunan, ia telah berhasil menghafal Juz ‘Amma secara
sempurna. Program ini sempat terhenti karena desakan dari kerabat dekat yang
menyatakan rasa kasihan terhadap anak berusia 2 tahun yang sudah disuruh
menghafal Al-Qur’an. Namun setelah Abdullah Fadhil berusia 5 tahun, program ini
kembali dilaksanakan hingga ia dapat menghafakan Al-Qur’an secara sempurna di
usia 7 tahun. Subhanallah :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar