Teman-teman, kali ini saya mau
berbagi puisi karya seorang wartawan senior di panggung musik yang bernama Remy
Soetansyah (almarhum). Bang Remy, sapaan wartawan muda kepadanya telah
meninggal dunia pada tanggal 30 Oktober 2012 karena serangan stroke. Almarhum
meninggal dalam usia 53 tahun, salah satu kehliannya adalah menulis puisi. Dan
saya menemukan puisi beliau yang sangat menyentuh dan patut jadi renungan untuk
kita semua, judulnya "Andai Hari Ini Aku Dimakamkan". Selamat membaca..
:)
"ANDAI HARI INI AKU
DIMAKAMKAN"
( Renungan untukku ,untukmu dan
untuk kita semua )
karya Remy Soetansyah
Hari ini ku mati,
Perlahan...
Tubuhku ditutup tanah.
Perlahan...
Semua pergi meninggalkanku...
Masih terdengar jelas
langkah-langkah terakhir mereka,
Aku sendirian,
Di tempat gelap yg tak pernah
terbayang,
Sendiri,
Menunggu pertanyaan malaikat...
Belahan hati,
Belahan jiwa pun pergi.
Apa lagi sekedar kawan dekat atau
orang lain.
Aku bukan siapa-siapa lagi bagi
mereka...
Sanak keluarga menangis,
Sangat pedih,
Aku pun demikian, tak kalah
sedih...
Tetapi aku tetap sendiri,
Disini, menunggu perhitungan.
Menyesal sudah tak mungkin.
Tobat tak lagi dianggap,
Dan maaf pun tak bakal didengar,
Aku benar-benar harus sendiri...
Ya Allah,
Jika Engkau beri aku 1 lagi
kesempatan,
Jika Engkau pinjamkan lagi
beberapa hari milikMU,
Untuk aku perbaiki diriku,
Aku ingin memohon maaf pada
mereka...
Yg selama ini telah merasakan
zalimku,
Yg selama ini sengsara karena aku,
Tersakiti karena aku...
Aku akan kembalikan jika ada
harta kotor ini yg telah kukumpulkan,
Yg bahkan kumakan,
Yaa Allah,
Beri lagi aku beberapa hari
milik-Mu,
Untuk berbakti kepada ayah &
ibu tercinta...
Teringat kata-kata kasar &
keras yg menyakitkn hati mereka,
Maafkan aku ayah & ibu,
mengapa tak kusadari betapa besar
kasih sayangmu,
Beri juga ya Allah aku waktu
untuk berkumpul dgn keluargaku,
Menyenangkan saudara-saudaraku..
Untuk sungguh-sungguh beramal
soleh.
Aku sungguh ingin bersujud
dihadapan-Mu lebih lama lagi..
Begitu menyesal diri ini.
Kesenangan yg pernah kuraih dulu,
Tak ada artinya sama sekali...
Mengapa kusia-siakan waktu hidup
yang hanya sekali itu...?
Andai aku bisa putar ulang waktu
itu...
Aku dimakamkan hari ini,
Dan ketika semua menjadi tak
termaafkan,
Dan ketika semua menjadi
terlambat,
Dan ketika aku harus sendiri...
Untuk waktu yg tak terbayangkan
sampai yaumul hisab & dikumpulkan di Padang Masyar…
Nah, gimana teman-teman
perasaannya setelah membaca puisi tersebut? Kalo saya sih merinding banget,
apalagi kalo dengerin orang ngebacain puisi itu tadi di TV, rasanya takut,
merinding, menghayati banget. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari makna
puisi ini ya teman-teman :')
sumber: http://channelsatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar