Sabtu, 19 Oktober 2013

Memetik Ilmu Islam dari Teman Sekelas part 2

Assalamu'alaikum~ hari ini mau lanjutin post yang kemaren, tapi sekarang mau bahas sesi tanya jawab dari kelompok 2 yang membahas tentang RIDHO. Selamat membaca :)

Apa perbedaan antara ridho, ikhlas, dan pasrah?
Ridho itu rela terhadap takdir yang Allah berikan untuk kita.
Ikhlas itu menjalankan syariat Islam tanpa mengharap imbalan.
Intinya, perbedaan ridho dengan ikhlas, yaitu: ridho berarti menerima takdir yang telah Allah berikan, sedangkan ikhlas berarti melakukan tanpa ada rasa pamrih.
Kemudian perbedaan ridho dengan pasrah. Misalkan kita mendapat nilai yang jelek, kemudian kita menerimanya dengan lapang dada. Jika ridho, maka kita akan menerima hasil nilai kita yang jelek itu dan ada usaha untuk memperbaikinya agar tidak terulang di waktu mendatang. Sedangkan jika pasrah, maka kita menerima nilai jelek tersebut namun tidak berusaha untuk memperbaikinya. Intinya, ridho berarti ada usaha, sedangkan pasrah tidak ada usaha.
[Erun & Bu Sulastri]

Ridho orangtua itu penting. Dalam memilih jurusan untuk kuliah, jika keinginan orangtua berbeda dengan keinginan kita, kita harus mengikuti keinginan siapa?
Dalam masalah ini, yang perlu kita lakukan pertama kali adalah shlat istikharah. Mohonlah kepada Allah agar diberikan petunjuk untuk memilih yang terbaik. Kemudian bacalah bismilah, dan memilih keinginan sendiri. Kenapa?
- Jika dalam masalah ini, kita mengikuti keinginan orangtua, pada akhirnya akan muncul rasa malas untuk kuliah, karena dari awal tidak mengikuti keinginannya sendiri. Kemudian karena malas, belajarnya jadi susah, dan akhirnya malah mengecewakan orangtua. [Eka]
- Jika mengikuti keinginan sendiri, insyaAllah akan lebih bersemangat dan mudah untuk menjalankannya. Karena dari keinginan sendiri, akan muncul motivasi-motivasi untuk belajar dengan giat dan menunjukkan kepada orangtua kesungguhan kita pada pilihan tersebut. [Erun]
- Namun, jika terjadi ketidakselarasan dalam memilih jurusan kuliah dengan orangtua, jangan membantah orangtua dengan cara yang kasar dan tidak baik. Katakanlah dengan lembut dan sopan jurusan yang kita pilih. Yakinkan kedua orangtua kita bahwa yang kita pilih adalah pilihan kita sendiri. [Nikita]
- Seperti yang sudah dijelaskan di point kedua, jika mengikuti keinginan sendiri, insyaAllah akan lebih semangat dalam belajar, rajin belajar, kemudian sukses. Toh kalau sukses, orangtua juga akan bangga dengan kita :') [Kesyad]

Pertanyaan ini hampir sama dengan pertanyaan sebelumnya, namun yang diangkat dalam kasus ini adalah masalah pernikahan. Pilihan orangtua atau pilihan kita kah yang harus kita ambil dalam memilih pasangan untuk menikah?
Setelah mengkaji dari beberapa sumber, kelompok 2 menjawab untuk mengikuti pilihan orangtua, dengan alasan, insyaAllah orangtua lebih tau yang terbaik buat kita. Namun jika kasusnya pilihan orangtua lebih mengedepankan alasan material, sementara pilihan kita adalah orang yang taat dalam beragama, itu bagaimana? Yaa, kalau itu, cobalah berdiskusi dan negosiasi dengan orangtua. Nyatakan alasan-alasan mengapa kita memilihnya, insyaAllah orangtua akan mendengarkan kita.

Hmm okey, semakin lama nampaknya pertanyaan2nya semakin 'melenceng' dari topik, yaitu ridho. Yaa, emang sih pertanyaan yang barusan masih menyangkut masalah ridho, tapi nyatanya, kemarin itu di kelas jadi lebih banyak diskusi mengenai nikah -_-. Maksudnya, lebih terfokus pada ridho orangtua mengenai memilih pasangan hidup. Agak bosen juga ya dengerinnya, abisnya yang dibahas itu melulu, udah kayak abis lulus SMA mau langsung nikah aja -__- wkwk.

Melencengnya lagi, lama-lama malah bahas pacaran. Wuuu, topik yang hot banget bagi saya untuk diperbincangkan di kalangan teman-teman, apalagi di kelas. Agak sensitif. Maksudnya, mereka yang pacaran biasanya bakal mengemukakan seribu alasan bahwa pacaran itu gak merugikan. Sampe ada yang nanya, kalau kita pacaran, tapi gak pernah pegangan tangan, gak pernah jalan berdua, jadi pacaran tapi gak kayak orang pacaran (lah?), itu gimana? Pacaran gak kayak orang pacaran itu kayak gimana? Orang saya aja bingung emang kalo pacaran itu yang kayak gimana? -__- wkwk. Intinya ada yang nanya, kalau pacaran tapi gak kontak fisik itu gimana (boleh gak)?

Sebelum menjawab, kelompok 2 memastikan apa yang dimaksud si penanya ini, "jadi pacaran kayak cuma smsan gitu?". Si penanya meng-iya-kan, dan menambahkan, "sama kayak buat status doang". Saya senyam-senyum pas pertanyaan itu dijawab sama Erun dengan jawaban, "tetep aja gak boleh. Walaupun awalnya cuma smsan, nanti lama-lama cuma pegangan, terus cuma ini, cuma itu, lama-lama jadi semakin mendekati zina" (jadi inget bukunya Felix Siauw) Wuiiih, langsung ribut tuh di kelas. Saling nyalah-nyalahin, "tuh gak boleh, tuh..." wkwkwk. Seru abis kalo bahas masalah pacaran ini.

Salah satu temen (yang juga pacaran), dia sendiri menjawab pacaran itu dilarang agama. Sampai dia bacain dalil-dalilnya. Sampe semuanya nuduh-nuduhan dan akhirnya bilang, "ah elu juga pacaran sendirinya".
Yes, why you keep do it while you know, you read it by yourself that it's forbidden? Don't you listen your voice that said khalwat is forbidden? You read it from Al-Qur'an by your self, aren't you?  
Nggak, saya gak baca itu dari Al-Qur'an, itu dari internet. Gitu kali ya jawaban temen saya kalo ditanya gitu -__- wkwk. Ya sumbernya dari Al-Qur'an juga kaliii, mas, mba.

Dia bahkan menjelaskan ada zina mata, zina pikiran, dan dia memberi contoh seperti apa itu zina mata. Terus kenapa masih pacaran, woy -,-. Jadi inget kata Kak Rani kemarin, cara yang paling efektif untuk mengajak orang kepada kebaikan itu dengan mencontohkan kebaikan itu kepada orang lain. Lagi, saya ngakak denger temen yang padahal pacaran, membaca dalil dari Al-Qur'an yang melarang pacaran itu. Ngerasa gak sih dia menyindir diri dia sendiri? Ehh salah, ngerasa gak sih dia lagi diingatkan oleh hati nuraninya sendiri?

So, kembali lagi ke pertanyaan. Salah satu anggota kelompok 2 menjawab, "kalo pacaran gak kayak pacaran yaudah temenan aja, ngapain pacaran...". Warga kelas XII IPA 1 yang duduk di bagian belakang, yang sedang riweuh baca dan ngoper-ngoper buku "Udah Putusin Aja!" karya Felix Siauw punya Sinta yang dipinjem Alif, langsung ngangkat buku pink itu tinggi-tinggi. Dan anggota kelompok 2 yang lagi menjawab itu seperti menerima kode dari warga IPA 1 yang duduk di belakang. "Nah tuh, udah putusin aja," Mungkin dia sedang menyeru pada dirinya sendiri, semoga :")

Haaah, pokoknya seru banget deh walaupun melenceng jadi tema pacaran. Sempet kepikiran dulu kalo ngebahas itu di IPA 4....... wah kayaknya nggak deh, susah. Tapi ternyata jadi ngebahas ini di kelas XII. Seru banget loh pembicaraannya, teman-teman. Saya bahkan mendapat ilmu baru dari teman-teman, yang mengenai zina mata dan zina pikiran. Jadi nyadar selama ini masih banyak banget (pastinya) dosa :". Semoga seterusnya kita bisa saling mengingatkan dalam hal agama ya, IPA 1. Terima kasih atas segala ilmunya, The A Team, love youuu :* wkwk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar