Sabtu, 07 Februari 2015

Renungan Anak Kuliahan: 12 Tahun Belajar Islam, Sudah Jadi Apa Kita?

Asssalamu'alaikum wr. wb.
Apa kabar teman-teman pembaca semuanya? :D Semoga selalu dalam keadaan sehat wal'afiat dan selalu dalam lindungan Allah SWT :) Aamiin ya Rabbal 'Alamiin...


Oke teman-teman, kali ini saya mau sharing aja. Alhamdulillah sekarang saya sudah memasuki semester kedua di Departemen Pendidikan Kimia UPI angkatan 2014. Ada apa di semester 2 ini? Ada yang namanya matkim (matematika kimia), kimtik (kimia analitik 1), KF (kimia fisik 1), Bahasa Inggris untuk kimia, ....... Ehhh udah cukup jadi ngomongin kimia -__- wkwk. Oke, fokusnya kali ini adalah... di semester 2 ini, para mahasiswa FPMIPA mengontrak mata kuliah Pendidikan Agama Islam atau PAI, untuk yang beragama Islam tentunya wkwk. Kemarin, tepatnya hari Jum'at, 6 Februari 2015, usai sholat Jum'at, kelas saya, Pendidikan Kimia A kebagian jadwal matkul PAI itu.
Sekitar pukul 13.00 WIB, dosen PAI itu masuk ke ruang B-201 di mana kelas saya berada. Setelah meletakkan tasnya di meja dosen, beliau permisi keluar, entah ada barang yang ketinggalan, entah ada keperluan dulu. Setelah itu, salah satu temen saya, Abay, tiba-tiba bilang, "eh, siap-siap di tes wey". Bunda (Nanda) dkk yang duduk di belakang Abay langsung nyerang (? wkwk), "dih apaan dah bay??" "serius bay? kata siapa??" "dihh boong aja..." Abay cuma ketawa-ketawa denger reaksi temen-temen yang lain. Gak lama kemudian, dosen PAI itu kembali masuk ke kelas, dan semuanya dengan serentak merapikan posisi duduk mereka.

Seperti yang biasanya dosen lakukan di pertemuan pertama, dosen PAI itu memperkenalkan diri. Namanya Pak Hilman. Aura-auranya sih gak ngebosenin dan gak monoton. Semoga aja hehe. Setelah perkenalan dan sedikit basa-basi mengenai pengalaman hidup beliau, beliau menanyakan suatu kalimat yang bener-bener bikin semua yang mendengarkan ngerasa jleb.

"Waktu SD kalian belajar agama?" tanya Pak Hilman.
"Iyaaa," jawab anak-anak kimia A serentak.

"SMP belajar agama?"
"Iyaaa,"

"SMA belajar agama lagi?"
"Iyaaa,"

"Terus kenapa sekarang belajar agama lagi? Buat apa sih sekarang masih belajar agama lagi?"

Salah seorang teman saya, Cibi, mengangkat tangannya untuk menjawab pertanyaan Pak Hilman tersebut.
"Karena agama itu sangat penting Pak. Islam itu sangat luas, masih banyak ilmu Allah yang belum kita pelajari," kurang lebih begitu jawabannya, kalau saya gak salah, hehe.

"Oke, bagus. Jadi sudah berapa lama kalian belajar agama Islam?" Pak Hilman melanjutkan.
"12 tahun paaak," semua menjawab.
"12 tahun kalian belajar agama, terus saya di sini mau ngajarin kalian apa lagi?" tanya Pak Hilman. Semua terdiam.

"Kalau kalian sudah belajar agama selama 12 tahun, seharusnya kalian sudah jadi ustadz sekarang." Semuanya memasang muka kebingungan. Logika dari si bapak memang gak salah sih.

"Minimal kalian sudah bisa dakwah, sudah bisa ceramah," lanjut beliau.

"Oke sekarang saya mau nge-test kalian," kata si bapak dengan entengnya. And everybody just "HAAAH???" sambil beberapa orang ngeliat ke Abay, yang tadi bilang bakal tes. Entah tadi dia beneran tau bakal tes, entah dia iseng tapi kebetulan beneran tes, wkwk.

"Siapin kertas, gampang kok. Kalian kan udah belajar agama selama 12 tahun," tentu kalimat itu mencurigakan di hati kita-kita, para kimia A -__-

"Saya kasih soal anak SD, SMP, SMA, sama kuliah. Mohon maaf, kalau kalian gak bisa jawab soal SD, SMP, sama SMA, saya anggap kalian idiot," semua tercengang.

"Nanti saya tanyakan satu-satu, yang gak bisa jawab silahkan keluar. Prasyarat untuk mengikuti mata kuliah ini, kalian harus bisa jawab soal yang saya kasih," bhiks lah! Ini dosen killer kah?? Enggak juga sih, auranya menyenangkan, cuma kata-katanya aja yang pedes. Kayaknya dosen ini penuh strategi untuk nge-jleb-in kita semua. Tanpa bisa protes, semua menyiapkan kertas dan pulpen.

"Langsung jawab atau tulis soalnya juga Pak?" salah seorang teman saya bertanya.

"Tulis aja soalnya dulu, jawabnya nanti. Nomer satu....," kata si bapak dengan gecenya.

"Pertanyaan anak SD,
1. Rukun iman yang kelima apa?
2. Sifat wajib bagi Allah ada 20, sebutkan yang ke-17," hening itu kelas, hening banget. Baru memasuki nomer 2, sudah terdengar kegelisahan dari temen-temen, termasuk saya sendiri. Jujur, saya sendiri lupa untuk nomor dua. Dan itu bener-bener pukulan besar. Masih soal anak SD loh, kata bapak.

"Pertanyaan anak SMP,
3. Siapakah istri Nabi Muhammad SAW yang berasal dari golongan Nasrani?" keluhan sudah mulai terdengar di nomor 3, masih soal anak SMP. Saya tambah deg-degan, soal inipun saya gak tau jawabannya. Astaghfirullah, pukulan kedua.

"Kalau kalian gak bisa jawab berarti kalian gak lulus SMP. Keempat, masih soal anak SMP,
4. Jelaskan hukum tajwid di bawah ini (Wa jaa al haqqu) [mohon maaf gak ditulis dlm Arab -__-, itu huruf alif bertemu hamzah dalam 1 kalimat]. Dan jelaskan hukum idgham mutamatsilain.
5. Jelaskan metode dakwah Rasul di Mekah"

"Soal anak SMA,
6. Jelaskan isi kandungan ayat surat Al-Baqarah ayat 30," jeng jeng. Blank banget lah itu, pukulan (lagi). Selama ini untuk apa menghafal ayat di pelajaran agama? Cuma untuk dapet nilai, dan sekarang setelah dapet nilai, jadi dilupakan? Ya Allah... pukulan banget.

"7. Tulis berapa surat yang Anda hafal," astaghfirullah ini lebih pukulan lagi. Pukulan banget, keras banget, sakit banget.

"Kalau sama saya, minimal hafal 14 surat ya," kata bapak menjelaskan.

"Sama Al-fathihah Pak?" salah satu temen nyeloteh, wkwk.

"Nggak lah, Al-Fathihah gak dihitung," kata bapak sambil ketawa. Beliau bukan dosen killer. Sepertinya saya udah mulai ngerti maksud bapak ngasih soal-soal ini.

"8. Apakah malaikat ada yang masuk neraka? Jelaskan."

"Pertanyaan terakhir, pertanyaan buat mahasiswa,
9. Mengapa banyak mahasiswa cabul/amoral padahal ia berpendidikan dan mengapa banyak orag yang paham ilmu agama tetapi jadi koruptor?"

Semua masih menulis soal terakhir tersebut, dan bapak mulai membuka kertas absen. Heh, mau ngapain si bapak?? 0.0

"Kalau gak bisa jawab, saya suruh keluar. Pertanyaan pertama, pertanyaan anak SD, siapa yang mau jawab?" dengan semangat hampir sebagian dari kelas mengangkat tangan dengan cepat. Eksekusi dimulai!!

"Kenapa kita harus iman kepada hari kiamat? Surat apa yang menjelaskan tentang hari kiamat?"

"Apa artinya hayyan? Apa bedanya hayyan sama hayat? Gak tau? Cari tau bedanya"

"Jadi apa hukumnya pernikahan beda agama? Dari pertanyaan itu kan sebenarnya sudah jelas, kalau laki-laki muslim menikah dengan perempuan nonis apa syaratnya?"

"Gimana cara bacanya? Dimasukkan? Dimasukkan gimana maksudnya?"

"Kenapa dilakukan sembunyi-sembunyi? Surat apa yang menjelaskan tentang itu?"

"Bagus, ada yang ingat. Saat itu apa yang malaikat katakan ketika Allah berfirman akan menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi?"

"Kalau susah ngitungnya, dari An-Nas sampai At-Takatsur itu 13 surat. Minimal kalian hafal 14 surat, coba satu per satu, kamu hafal berapa surat?"

"Kenapa menurut kalian gak ada malaikat yang masuk neraka? Coba dicari di surat Al-Baqarah ayat seratusan, di sana ada tentang malaikat Harut & Marut."

Itu semua adalah pertanyaan anakan dari 9 pertanyaan awal yang bapak sampein. "9 pertanyaan tadi cuma untuk mancing kalian ke pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang saya sampaikan," kata beliau. Wah =__= Eksekusi pun selesai. Subhanallah, setelah itu saya malah kagum sama beliau. Cara beliau "menyadarkan" kita itu pas, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya malah menjadi pukulan itu.

"Belajar agama itu gampang, kalau selama 12 tahun itu kalian benar-benar belajar, karena Allah. Sebaliknya, jadi susah, kalau selama 12 tahun itu kalian belajar bukan karena Allah". Menusuk, tapi menyadarkan. Pak Hilman terus mengisi 2 sks di hari Jum'at siang itu, beliau mengisinya dengan kalimat-kalimat yang luarbiasa.

"Nanti kita ada praktik. Praktik membaca Al-Qur'an oleh BAQI dan praktik ibadah. Pratik sholat jenazah, misalnya. Yang bisa jadi persembahan terakhir untuk orangtua kalian nanti ketika sudah meninggal" Ya Allah, langsung diem itu semuanya. Aura kelas langsung berubah seketika, semuanya pasti berubah kalo udah ngomongin orangtua :" Aseli itu semuanya jadi kayak merenung, beberapa keliatan udah mau nangis.

"Loh, iya kan bener. Emang kalian kira orangtua kalian itu milik kalian? Bukan, orangtua kalian itu milik Allah. Pasti bakal kembali ke Allah. Sama, kalian juga begitu," no comment. Semua tau gimana rasanya mendengar kalimat itu. Si bapak seperti memberi pencerahan untuk meluruskan segala niatan di hati kami. Dan yang paling berkesan, ketika di akhir pertemuan bapak menjelaskan 3 indikator target pencapaian.

"Saya ngajar kalian bukan untuk nilai. Saya punya 3 indikator yang saya pegang untuk kalian. SOS. S, sholat. Saya ingin setelah saya mengajarkan matkul ini, kalian jadi sholat yang rajin. Yang kayak gimana tuh? Yang pasti yang gak bolong-bolong, yang tepat waktu, gak dinanti-nanti. O, orangtua. Kalian jadi berbakti sama orangtua kalian, hormati, sayangi. Bayangin berapa ratus juta yang udah orangtua kalian habiskan untuk biaya hidup kalian dari lahir sampai sekarang. Sementara kalian apa? Orangtua minta tolong ditemenin ke pasar aja kadang males-malesan. S yang terakhir, sunah. Kerjakan ibadah-ibadah sunah, jadikan rutinitas. Coba yang perempuan, ketika kalian dilamar oleh 4 orang laki-laki, apa yang akan kalian lakukan? Sholat istikharah, sholat sunah. Coba yang laki-laki, pikirkan. Kalau kalian sudah menikah, mau minta rezeki ke siapa? Ke Allah, sholat dhuha, sholat sunah. Emang kalian pikir nanti kalau sudah menikah bakal mau minta ke orangtua? Saya bingung sama orang yang pacaran sekarang, nraktir pacarnya pake uang bapaknya. Berarti si pacarnya itu sebenernya pacaran sama bapaknya dong? Orang itu uang bapaknya. Oh iya, dan, pacaran itu haram. Gak ada namanya pacaran islami. Gak ada yang namanya pacaran dalam Islam"

Bhahaha, penutupnya malah jadi panjang ya =__=. Jadi intinya saya semakin waw ketika denger 3 indikator Pak Hilman, SOS. Sholat, orangtua, sunah. Subhanallah. Setelah itu berakhirlah matkul PAI pada hari itu.

"Dea," salah seorang teman saya memanggil.

"Iya?"

"Tadi...,"

"Kenapa tadi? :o"

"Pukulan banget," katanya.

"Iya, banget! Bener banget!"

Ya, gapapa dipukul sekarang. Biar cepet sadar, daripada dipukulnya nanti-nanti, nanti lama sadarnya.

Semoga bermanfaat :)) Silahkan diambil hikmahnya sendiri huehehe. Wassalamu'alaikum wr. wb, ;D

2 komentar:

  1. wow... ini merupakan tamparan juga buat saya. >< terimakasih sudah memposting ya^^ oh iya, boleh izin share kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih kembali teh :D hehe, wah maaf banget nih baru liat ada ada komennya.. iya silakan di share ^^ semoga bermanfaat :D

      Hapus